Review dan Sinopsis Sri Asih, Lawan dengan Kebaikan Bukan Amarah

review film sri asih

Kekuatan Dewi Asih itu sangat dahsyat. Kekuatan itu akan keluar jika kamu melawannya dengan kebaikan, bukan amarah atau rasa dendam.

Siapa yang menyangka, Alana seorang gadis yatim piatu, dirawat di panti asuhan, ternyata mempunyai kekuatan yang tak terduga? Siapa yang akan mengira, gadis cantik yang jago bertarung ini bisa menyelamatkan dunia dari Roh Setan yang akan menumbalkan 1000 jiwa?

Siapa juga yang menyangka, Alana seorang gadis permarah dengan emosi yang mudah terbakar di dalam dirinya, seketika bisa menjadi tenang nan sabar menghadapi lawan yang selalu memancing emosinya? Inilah kisah Alana, seorang gadis biasa yang mewarisi kekuatan luar biasa untuk menjaga perdamaian di bumi ini.

WARNING! Artikel mengandung spoiler.

  • Tayangan: Bioskop
  • Genre Film: Superhero
  • Tanggal Rilis: November 2022
  • Durasi: 2 jam 15 menit
  • Pemain: Pevita Pearce (Alana/Sri Asih), Ario Bayu (Ghani), Christine Hakim (Eyang Mariani), Jefri Nichol (Tangguh), Surya Saputra (Prayogo Adinegara), Reza Rahadian (Jatmiko), Dimas Anggara (Kala), Randy Pangalila (Mateo), Dian Sastro (Dewi Api)

Sinopsis Film Sri Asih

Sinopsis Film Sri Asih

"Dia belum siap."

Aku mendengar ibu mengucapkan kalimat itu di seberang sana melalui ponsel. Entah ibu berbicara pada siapa, aku pun penasaran. Sepertinya ini tentang diriku. Tapi, belum siap untuk apa?

"Saya ibunya, Saya yang paling tahu tentang dia."

Saluran telepon itu pun terputus dengan kalimat akhir yang membuatku semakin yakin bahwa memang ibu sedang membicarakanku. Aku berusaha untuk menepis pikiran negatif itu, dan membiarkan kejadiannya berlalu seperti angin yang membawa debu terbang tanpa jejak.

Malam ini aku dan dua orang anak didik ibu lainnya pergi ke bar milik Mateo. Dia adalah anak dari Prayogo Adinegara, seorang konglomerat di Negeri ini. Bukan sosok konglomerat yang baik, sebaliknya justru ia ingin menumpas para kaum kecil untuk kepentingannya sendiri.

Kalian mungkin penasaran, kenapa aku bisa diundang oleh Mateo? Jadi, dia adalah seorang fighter juga sepertiku. Sepertinya, dia merasa tertantang dengan kehadiran fighter wanita yang tak pernah tumbang satu kali pun meski lawannya seorang pria tangguh. 

Dan, di sinilah aku berada. Di bar yang sangat mewah. Temboknya bahkan sangat mentereng dengan ornamen klasik lapis warna emas. Belum lagi orang yang menonton pertandingan ini bukanlah orang dari kalangan biasa.

Semua badan mereka diselimuti oleh kemeja rapi dengan luaran jas yang kaku. Sembari membawa segelas sampanye, mereka tertawa menanti pertandingan sengit antara aku dan Mateo. Tetapi, sebenarnya ini bukan pertarungan sengit.

Aku ke sini karena 'baby sitter' Mateo ingin aku kalah di ronde ketiga. Itu semua demi menjaga harga diri dan emosi Mateo, karena... ya.. dia tidak mau kalah dengan seorang wanita. Cih.. pria lemah. Tapi, akan aku hajar dia habis-habisan di dua ronde pertama.

Jika aku menolak permintaan si 'baby sitter' Mateo ini, nyawa ibu terancam. Bukan hanya itu saja, klub figther kami pun akan dihabisi oleh mereka. Sangat licik!

"Kak Alana, ingat ya, di ronde ketiga, kakak harus menyerah."

Begitulah ucapan saudara yang menemaniku ke sini. Ia sangat cerewet hingga mengucapkan kalimat itu berulang kali setiap 5 menit! Bayangkan, emosiku hampir naik ke ubun-ubun. Tapi, aku hanya balas dengan anggukan atau jawaban 'iya' bernada ketus dan malas.

Ting.... Ting... Ting...

Pertandingan antara aku dan Mateo dimulai. Kuhajar habi-habisan wajahnya. Tidak puas hanya dengan wajah, perutnya yang sok six packs itu kutonjok sekuat tenaga hingga ia meng-aduh dalam diam. Pukulan telah kulayangkan ke arah betis, tumit, hingga pipinya sampai berarah-darah.

Tetapi, kadang aku juga agak sedikit kehilangan fokus. Ada kalanya pipi, perut, serta pahaku kena bogeman mentah darinya. Yang terparah di ronde terakhir. 

Aku memang sengaja mengendurkan tenagaku agar Mateo menang. Demi keselamatan ibu dan klub fighter kami. Namun, Mateo memang jago membuat seseorang naik pitam.

"Hahaha.. cuma segitu aja? Elo tuh yang harusnya diajarin cara menghormati cowok. Dasar cewek lemah!"

Kata-kata Mateo begitu membuat darahku naik hingga ke ujung kepala. Meski aku sudah limbung di atas lantai, Mateo tetap mengoceh seperti anak kecil yang sudah merasa menang. Apa dia tidak tahu? Aku sengaja melakukan ini, bukan karena lemah! 

Tentu saja dia tidak tahu, makanya dia berani terus meninjuku hingga ia merasa menang. Saat ia sudah percaya bahwa dia menang, aku pun bangkit. Aku berdiri dengan tatapan menyala. Dan... sosok itu hadir lagi...

"Ayo Alana, keluarkan amarahmu. Emosi adalah kekuatanmu Alana."

Begitu katanya. Tetapi, aku mencoba untuk menahan diri. Sayang, aku tidak cukup bagus dalam mengelola emosi. Hingga....

BBUUUUKKKKKKK!!!!

Ku tinju kuat-kuat rahang Mateo. Ia terpental bermeter-meter sampai pingsan. Semua orang yang ada di sana hening. Tidak membuka mulutnya satu kata pun. Sang 'baby sitter' Mateo pun tampak panik, semua pengawal menghampirinya dan membopongnya keluar.

"Alana...."

Sinopsis Sri Asih

Itu suara ibu. Mengapa suaranya begitu terasa sedih dan sangat kecewa? Kejadian ini membuat ke depannya semakin kacau. Tak lama kejadian itu, ibu dihajar habis-habisan oleh para pasukan Mateo. Ibu masuk rumah sakit yang membuatku sangat marah.

Hampir saja aku membunuh Mateo, tapi ku urungkan niatku. Hingga akhirnya, Mateo pun tewas di tempat bar yang menjadi arena petarungan kami. Sungguh aneh, aku belum menyentuh Mateo sedikit pun. Aku belum membalaskan dendam apa-apa pada Matheo. Siapa yang membunuh Mateo?

Setelah kematian Mateo, ayahnya yang bernama Prayogo sangat murka padaku. Ia mengira bahwa akulah sang pembunuh anak semata wayangnya itu. Akhirnya, ia mengincarku serta ibu. Kamar rawat ibu dibom! Aku sangat terkejut dan marah. Hampir saja aku menghampiri Prayogo dan menuntut balas akan kelakuannya.

Tetapi, seseorang menarikku dan menahanku. Dia membawaku ke sebuah rumah, dan... 

"IBU!" Ibu masih hidup, sedang dirawat di rumah ini. Siapa sebenarnya pemilik rumah ini? Kenapa mereka menyelamatkanku dan ibu? Ternyata semua pertanyaaku terjawab. Pemilik rumah ini tahu siapa aku yang sebenarnya.

Mereka mengungkapkan kebenarannya bahwa aku adalah titisan dari Dewi Asih. Ia penjaga bumi ini agar tetap di jalur kebaikan dan perdamaian. Namun, ada satu dewi lagi yang selalu membawa kejahatan, yaitu Dewi Api dan jajaran panglimanya.

Dewi Api sudah dikurung di gunung berapi oleh Dewi Asih. Tetapi, para pengikut Dewi Api ingin membangkitkannya lagi, dimulai dengan membangunkan para panglima Dewi Api. Inilah takdir yang harus kujalani dan kuhadapi, mencari dan menggagalkan misi para panglima Dewi Api.

Tapi pertanyaannya, bagaimana aku bisa menemukan para panglima itu? Tuan rumah yang menyelamatkanku bilang, ada satu panglima yang sudah menggerogoti jiwa manusia. Ia adalah Roh Setan yang diduga sudah memasuki jiwa Payogo. Apakah benar begitu?

Entahlah, yang jelas mereka bilang, aku bisa mengalahkan Roh Setan. Dengan satu syarat, aku hanya bisa menggunakan kekuatanku dengan niat untuk kebaikan bukan balas dendam atau emosi.

Alur Maju yang Teratur

Alur cerita sri asih

Jujur saja, sebelum menonton film ini, aku agak skeptis dengan kualitas Sri Asih. Jika hanya menonton dari trailer saja, film Sri Asih nampak begitu standar. Tidak ada yang spesial. Memang benar dengan istilah..

Don't judge the book by it's cover

Apa yang ditampilkan di trailer, ternyata berbeda jauh dengan film sesungguhnya. Menonton Sri Asih membuatku jadi semakin yakin bahwa perfilman Indonesia mulai bangkit dengan kualitas di atas standar. Sri Asih membuktikannya dengan berbagai macam faktor, salah satunya adalah alur.

Aku sangat mengapresiasi sajian alur cerita yang maju dan lurus tanpa flashback. Meski kesannya monoton, tapi alur maju seperti ini bisa membuat penonton lebih mudah menyerap informasi dan makna dari ceritanya itu sendiri.

Tentu dengan catatan, alur maju seperti ini harus ditampilkan dengan cara yang rapi dan teratur. Dan, Sri Asih berhasil melakukan itu. Awalnya penonton akan diajak untuk ke masa lalu dimana Sri Asih akan dilahirkan. Cerita pun tetap maju dari tahun ke tahun dengan sangat pas.

Setiap informasi serta clue yang diberikan pun tersaji sangat runut dan teratur. Tidak ada informasi atau clue yang miss dari ingatanku karena alurnya begitu berkesinambungan dengan baik. 

Meski begitu, alur cerita Sri Asih ini aku akui agak sedikit mengingatkanku dengan film superhero dari barat. Tapi, itu bukan hal yang negatif. Wajar, karena memang seperti inilah formula film superhero. 

Meski begitu, Sri Asih punya ciri khas yang sangat melokal dan dekat dengan kehidupan sehari-hari kebanyakan orang Indonesia. Good job!

Sinematografi yang Pas dengan Suasana dan Kondisi

sinematografi sri asih

Tidak monoton, namun bukan hal baru juga. Sinematografi dalam film Sri Asih ini aku akui punya standar yang bagus dan tinggi. Meski bukan hal yang terasa fresh dan mungkin kamu sering lihat di adegan film aksi atau film superhero barat lainnya, tapi sinematografinya ini memanjakan mata.

Pertama soal nuansa pemilihan tone warna. Jarang sekali mereka memberikan sentuhan warna yang cerah. Sri Asih lebih sering menggunakan warna yang 'berani' dan menunjukkan hal 'kelam', sangat sesuai dengan temanya.

Mereka cenderung menggunakan tone gelap, merah, kekuningan, atau agak abu. Kadang juga aku melihatnya seperi sinematografi yang sering ditampilkan pada film distopia. 

Hal ini wajar karena Sri Asih juga sangat menyenggol soal isu korupsi, penindasan kaum miskin, hingga kesenjangan sosial. Jadi, tone warna ala film distopia juga sangat masuk di film ini.

Lalu yang kedua, untuk pergerakan kameranya sangat dinamis. Adegan yang paling favorit adalah bagian bertarung antara Pevita dan Reza. Ada satu adegan dimana kita diberi sudut pandang Sri Asih, seolah penonton adalah Sri Asih yang sedang menonjok villain utama.

Gerakan kameranya mengikuti gerakan tonjokan yang dilakukan Sri Asih. Meski kesannya agak bergoyang, tapi guncangan saat adegan menonjok itu terasa realistis dan enggak bikin pusing. Another applause!

Isu Feminisme yang Sangat Kuat

Isu feminisme sri asih

Dari judulnya saja, aku sudah mengira bahwa ini bakal menjadi salah satu film dengan isu feminisme dan strong woman yang sangat kental. Benar saja, sejak babak pertama hingga akhir, isu tentang wanita kuat selalu disinggung dan disorot.

Pertama, sejak Sri Asih masih kecil, ia selalu membela teman laki-lakinya yang cenderung suka mengalah dan pasrah akan perundungan yang ia alami di panti. Di babak berikutnya, Sri Asih menjadi satu-satunya profesional fighter yang tidak pernah kalah satu kali pun.

Dan yang paling epik, isu feminisme ini menghadirkan kameo dengan sosok publik figur yang memang dikenal sebagai wanita tangguh, yaitu Najwa Sihab. 

Kemunculan Najwa Shihab ini semakin mengobarkan semangat para wanita untuk bisa melakukan hal yang terbaik dengan mimpi yang besar, karena begitulah personal branding dari sosok Najwa.

Apalagi di film ini Najwa berperan sebagai Nani Wijaya. Ia adalah titisan Dewi Asih sebelum Alana. Ini sangat mengejutkan, dan jujur saja ini adalah salah satu hal yang membuat film Sri Asih menjadi semakin lebih menarik.

Lekat dengan Budaya dan Bhineka Tunggal Ika

sri asih 2022

Selain isu soal strong woman, Sri Asih juga memperkenalkan budaya Indonesia, khususnya adat Jawa. Di sini mereka sepertinya mengambil mitos Jawa. Soalnya, saat Alana dinobatkan sebagai Sri Asih, ia harus melalui ritual budaya Jawa yang khas.

Ada gamelan, nyanyian menggunakan bahasa Jawa, hingga kostum Sri Asih pun terasa sangat membudaya sekali. Memang kostumnya hanya didominasi warna hitam dengan kilatan keemasan. Tapi, ada satu aksesoris kostum yang menonjol dengan satu-satunya warna merah di kostum tersebut. Apa itu? Selendang.

Iya, selendang menjadi ciri khas Sri Asih. Ia menggunakan selendang sebagai senjatanya untuk menjerat musuh. Dan uniknya, terkadang aku sedikit melihat Sri Asih menggunakan selendang itu seperti sedang menari. Unik banget!

Lalu, bagian unik dan menghangatkan hati adalah tentang Bhineka Tunggal Ika yang selalu dielu-elukan oleh bangsa kita. Betul? Nah, di Sri Asih juga memberi sentuhan ini meski hanya sekilas. Jika diperhatikan, Sri Asih ini dirawat di panti asuhan yang sepertinya dikelola oleh kaum nasrani.

Tetapi, teman satu panti Sri Asih yang bernama Tangguh justru sering mengucapkan istigfar, Allahuakbar, dan hal lainnya yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang Muslim. 

Di sini aku langsung sadar, bahwa Indonesia ini sangat kaya budaya dan agama. Kita mengakui 5 agama besar, dan kita hidup berdampingan meski memiliki kepercayaan yang berbeda. Bagus banget pesan tersembunyinya!

Tapi... Ada Beberapa Kekurangan

reza rahadian sri asih

Tentu saja Sri Asih bukanlah film sempurna, karena toh memang tidak ada karya yang 100% sempurna, menurutku. Aku mencatat beberapa hal yang menjadi minus di film ini. Namun, kekurangan yang aku sebutkan ini berdasarkan perspektif pribadi, ya.

Yang pertama, plotwist. Jujur saja aku enggak terlalu terkejut dengan plotwist bahwa ternyata Jatmiko (Reza Rahadian) akan menjadi villain utama dalam film ini. Semua clue tentang Jatmiko disuapi berkali-kali di setiap babak filmnya.

Puncaknya adalah ketika ada burung gagak bermata merah yang menghampiri Jatmiko. Dari situ, aku langsung tahu bahwa Jatmiko bukan orang baik. Dia lah yang bakal memporak-porandakan segalanya. Benar saja, di akhir film sosok Jatmiko yang akan bertarung sengit dengan Sri Asih.

Inilah kekurangan dari alur maju. Meski rapi dan runut, sayangnya alur maju lebih mudah ditebak ending dan plotwist-nya. Tapi ini bukan kekurangan fatal, ya. 

Masih bisa dinikmati kok, hanya saja bagi pecinta film misteri dengan berbagai plotwist mengejutkan, mungkin kadang agak terasa membosankan. Tapi untunglah, aku tidak merasa bosan saat menontonnya.

Kedua, karakter Kala dan Tangguh yang terasa abu-abu. Iya, bagiku dua karakter ini tidak terlalu berguna. Entah mengapa aku merasa mereka justru hanya sebagai pelengkap untuk komedi saja. Mereka berdua bukan karakter yang sentral dan bukan juga sosok yang penting banget untuk Sri Asih.

Ada satu adegan yang bikin gemas saat menonton adegan dua karakter ini. Saat itu, Kala dan Tangguh berusaha untuk membongkar gembok yang menahan para warga. 

Bukannya langsung coba tembak gembok pakai pistol, mereka malah menembakan pistol itu ke penjaga dan bertanya tentang kunci gembok ke penjaganya T-T

Bakal lebih masuk akal jika mereka reflek menggunakan pistol untuk langsung ditembak ke arah gembok, bukan? Ya walaupun ujungnya mereka coba hal itu dan tidak berhasil. Maksudku... kenapa enggak dari awal lakuin itu?

Meski bukan film yang sempurna, namun aku akui untuk sebuah film superhero Indonesia, Sri Asih ini punya kualitas yang bagus. Mulai dari sinematografi, akting, hingga cerita, semuanya sangat bisa dinikmati. 

Sri Asih akan aku tempatkan sebagai film Indonesia kedua terbaik dan favoritku setelah Mencuri Raden Saleh. Kekurangan dalam film ini masih bisa aku maklumi. At least, mereka masih bisa memberikan rasa penasaran akan film superhero lanjutannya, yaitu Godam. 

Iya, di akhir kredit film, ada scene yang menunjukkan bahwa film akan melanjutkan pada karakter Godam. Bahkan, Gundala pun disebut dalam film Sri Asih lho. Penasaran kan? Cobain tonton filmnya deh!

Comments

  1. Baru kemarin baca berita katanya recommended nih film Sri Asih, Pevita juga bisa memerankan peran jagoan dengan baik. Biasanya kan belia main peran yang "cantik-cantik". Hehe. Salut dengan perfilman Indonesia yang nampaknya bergerak ke arah yang lebih baik. Sekarang genre film sudah bervariatif nggak sekadar horror-horroran aja. Meski ya tetep aja ya kekurangan pasti ada, tapi sukses terus deh buat film-film dalam negeri..

    ReplyDelete
  2. Kemarin suamiku saat beli sesuatu, packaging-nya limited edition X Sri Asih. Awalnya aku nggak tahu ada film Sri Asih yg lg naik daun, terus iseng lihat trailernya. Daaan, kita sama mbak, aku spektis duluan, tp setelah baca reviewnya kok malah makin penasaran. Next, semoga bisa nonton film ini sblm debay launching

    ReplyDelete
  3. Sama, dong. Liat trailernya terasa B aja. Tapi baca review ini jadi berasa masuk akal sih sampai menggelontorkan dana produksi 20 milyar

    ReplyDelete
  4. Sri Asih ini pernah ada komiknya, kalau saya nggak salah. Dari dulu ceritanya sudah mencuri perhatian. Sekarang pun filmnya jadi perbincangan.

    ReplyDelete
  5. Masih ada di bioskop mall Royal plz

    Kayaknya jadi mupemg nonton.

    Seru juga ya ternyata

    ReplyDelete
  6. Lihat teasernya bikin mupeng nonton juga aku, Mbak. Eeeh pas banget bisa baca artikel ini donk jadi bisa tahu filmnya kaya apa sih.

    Duh baca setiap tulisan Mbak, aku jadi galau ni kenapa peran Reza jadi jahat, wuakakaka. Aku gak mau Reza jahat, gak mau..gak mau,, wuakakak

    ReplyDelete
  7. Haaa... benar-benar kurang update mah kalau masalah film dan musik. Jadi benar-benar ya

    ReplyDelete
  8. haha...rasanya "kenyang" baca sinopsisnya... kebayang di kepala gimana seru film ini. Nanti deh semoga sempat ikut ngerasain langsung euforia keseruannya

    ReplyDelete
  9. Super lengkap sinopsisnya. Aku jadi kebayang banget isi filmya. Gak sabar untuk nonton langsung

    ReplyDelete
  10. Keren nih...Film Indonesia bertema tentang superhero berlatar belakang sejarah. Baca reviewnya jadi pengen nonton.

    ReplyDelete
  11. semakin penasaran akting pevita pearce di sini, aku pernah lihat dia sampe latihan gym untuk film action ini ya

    ReplyDelete
  12. Wah ulasannya tentang Sri Asih lengkap banget, Mbak. Suka deh, jadi penasaran. Ide cerita dan isu yang diangkat filmnya menarik, keren....

    ReplyDelete

  13. menarik cara penyampaiannya ya, saya suka film yang mengangkat tema budaya dan kearifan lokal, terima kasih reviewnya kak

    ReplyDelete
  14. Wah ini film superhero perempuan dari Indonesia ya mbak
    Pemainnya nggak diragukan lagi kualitasnya
    Pasti bagus filmnya

    ReplyDelete
  15. marvel versi lokal ya mbak, aku penasaran mau nonton ini juga, kalu untuk cgi nya keliatan mantab gak mbak?

    ReplyDelete
  16. Pevita ini emang cocok kok main laga. Dia kan pernah main iklan Gojek trus di iklan itu dia main adegan laga. Jadi ya pas banget ketika peran ini dikasih ke dia. Jadi kayak Gal Gadotnya Indonesia.

    ReplyDelete
  17. Kalo melihat plot hole sebuah movie tuh kadang bikin gemesh sendiri yaa..
    Kok masiih ada yang bikin gak sreg.
    Tapi aku aseli salut banget sama dunia perfilman Indonesia. Pasti bisa banget kalau diselipin budaya begini.. daya tarik juga bagi dunia mengenai berbagai macam budaya, bahasa, wisata hingga legendanya.

    ReplyDelete
  18. Wah jadi pengen nonton srinasih sinopsisnya menarik sekaliii... bisa jadi bahan tontonan untuk akhir pekan ini

    ReplyDelete
  19. Ya Allah Mbaa reviewny bagus bangett
    Aku yang awalny ga berminat nonton jadi penasaran
    Semoga film2 superhero dr tanah air bisa ngalahin marvel oneday, apalagi kita punya bhineka tunggal ika :)
    Palinh suka dengan quote di awal bahwa kalau tujuanny untuk balas dendam, kekemenangan hakiki tak bisa diraih

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Urutan Member NCT Dream Tertua Hingga Termuda, Siapa Biasmu?

Urutan Member NCT Keseluruhan dari yang Tertua hingga Termuda

Pengalaman Mengunjungi KWANGYA di Jakarta - Lotte Avenue Kuningan, Check!