Tanggal 27 Maret 2021. Aku memutuskan untuk jalan-jalan sendirian, kata orang ini yang disebut dengan 'me time'. Dan yeap, 'me time' ku pilih ke Gramedia.
Awalnya cuma niat beli satu buku aja. Oke, aku mengambil satu buku Agatha Christie! Tapi... nyatanya hal itu nggak bikin aku puas, dan akhirnya aku berkeliling hingga menemukan satu buku sangat menarik. Iya satu, dia satu-satunya di situ. Kondisinya sudah terbuka, tidak ada plastik yang membalutnya.
Kasian buku itu. Dia tipis, nggak setebal novel-novel di sampingnya. Tapi, udah ga ada plastik! Aku iba, akhirnya coba baca.... "Oh seru!"
Aku tanya ke staff Gramedia di sana, "adakah yang masih baru dan tersegel?" Masnya cekatan untuk mencari yang baru, tapi sayang buku itu satu-satunya. Karena aku sudah sangat tertarik dengan buku tipis tanpa segel itu, akhirnya okelah aku beli aja.
Mas Gramedia sangat ramah, menawarkan diri untuk menyegel ulang. Aku bilang tidak perlu karena mau langsung dibaca. Fyi, buku itu berjudul "Le Petit Prince". Aku suka dan tertarik dengan dongeng anak, ya aku pikir isinya begitu-begitu aja.. tapi ternyata aku salah paham!
Tentang Buku
- Judul Buku: Le Petit Prince (Pangeran Cilik)
- Penulis: Antoine de Saint-ExupΓ©ry
- Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
- Tebal: 120 Halaman, 20 cm
- ISBN: 9786020323411
- ISBN Digital: 9786020398241
Secara fisik, buku ini cenderung tipis, cuma 120 halaman saja. Di depan, ada cover dengan ilustrasi seorang anak berdiri di atas sebuah planet. Anak itu digambarkan memiliki rambut emas dengan pakaian sederhana berwarna hijau, lengkap dengan dasi pita merahnya di bagian kerah bajunya.
Uniknya, di planet tersebut seperti ada gambar asap mengebul. Sebelum baca, aku bingung dan bertanya-tanya "ini gambar apa?" Setelah membacanya, aku baru paham itu adalah sebuah gunung berapi di planet sang anak tadi.
Lalu, di sekitar planetnya bertabur bintang, memang di sini agak sedikit membahas tentang dunia perbintangan. Nah, itu baru kovernya aja, dalam isinya lebih menarik lagi. Soalnya dongeng ini disediakan berbagai ilustrasi menarik.
Yang aku suka lagi, bukunya nggak terlalu lebar. Jadi cocok banget dibawa buat traveling! Hmm untuk soal kertasnya aku suka banget, karena berwarna putih bersih dan tebal. Ukuran font juga pas.
Sejauh ini, aku nggak nemuin ada typo di dalam bukunya, nyaman dibaca! Oh iya, semua sudut pandang di dongeng ini adalah "aku". Tidak begitu dijelaskan siapa si "aku" ini, jadi ya anggap diri kita sendiri aja boleh kok~
Sinopsis
Aku yang sangat suka dengan buku rimba raya berjudul "Kisah-Kisah Nyata" berinisiatif untuk membuat sebuah gambar fantastik seperti yang diilustrasikan oleh buku itu. Tapi, aku tidak sehebat sang penulis karena aku masih 6 tahun! Ada hal menarik yang tergambar di buku, lengkap dengan deskripsinya, seperti ini:
Ular sanca menelan mangsanya bulat-bulat tanpa mengunyahnya. Kemudian, mereka tidak mampu bergerak lagi dan tidur selama enam bulan untuk mencerna mangsanya.
Penjelasan itu bikin aku semakin tertarik akhirnya diambilah pensil warna. Aku mencoba untuk mengilustrasikan seekor ular sanca yang sedang menelan gajah. Gambar pertamaku seperti ini:
Setelah selesai, dengan bangganya aku memamerkan kepada orang-orang dewasa. Aku pun bertanya pada mereka "apakah gambar itu menakutkan?" Jawaban tidak terduga dari salah satu orang dewasa dengan menyebutkan "Mengapa harus takut pada topi?"
Ah payah sekali! Oke, agar orang-orang dewasa bisa paham maksudku, akhirnya aku membuat gambar kedua dengan lebih jelas. Gambar kedua sudah sangat jelas, aku menyebutnya sebagai "ular sanca terbuka".
Tapi nyatanya orang dewasa justru menasehatiku bahwa aku harus mengesampingkan gambar ular sanca terbuka atau tertutup. Mereka mengatakan bahwa di dunia ini lebih penting memerhatikan ilmu bumi, sejarah, ilmu hitung, dan tata bahasa. Dari situlah akhirnya aku pun mengubur cita-cita untuk menjadi seorang pelukis. Aku patah hati....
Semakin beranjak dewasa, akhirnya aku paham ternyata ilmu bumi sangat berguna untuk ku. Aku bisa membedakan mana Arizona dan China bahkan aku sekarang hidup di tengah-tengah orang dewasa. Aku tidak banyak menilai mereka, cukup dengan menunjukkan gambarku yang pertama saja.
Kalau mereka bilang "itu sebuah topi", artinya aku hanya akan bercerita tentang politik, dasi, golf, dan semua hal berhubungan dengan itu. Aku hanya melebur dan menyesuaikan diri saja. Hingga sekarang, aku hidup sendiri tanpa teman mengobrol yang asyik.
Namun, rasa kesepian tanpa seorang teman itu tertepis saat 6 tahun lalu pesawatku mogok di tengah Gurun Sahara. Perbekalan ku menipis, dan di malam pertama, aku tidur di atas sebuah pasir. Hingga suatu subuh aku mendengar sahutan seorang anak...
"Tolong... tolong gambarkan aku seekor domba."
"Apa?"
"Gambarkan aku seekor domba..."
Baiklah, aku menggambar seekor domba untuknya, tapi tiga gambar domba ku ditolak semua! Betapa mengesalkannya. Akhirnya aku menggambar sebuah peti sambil mengatakan:
"Ini petinya. Domba yang kamu inginkan ada di dalam sana."
Secara ajaib, gambar itu diterima sangat senang olehnya. Setelah itu, kami berdua berbincang sedikit. Ya lebih banyak sih anak itu yang ngomong. Setiap aku tanya dari mana asalnya, dia tidak menjawab. Semua pertanyaanku lainnya juga tidak dijawab, sampai suatu titik dia mengatakan datang dari planet lain. Aku cukup terkejut, tapi dia tidak menyebutkan nama, akhirnya ku panggil dia Pangeran Cilik.
Di awal, dia begitu mengesalkan karena banyak pertanyaanku yang tidak dijawab, malah dia yang balik bertanya. Tapi lama kelamaan, hubungan kami berkembang dengan baik. Dia mulai menceritakan bagaimana bisa berakhir di Gurun Sahara.
Ternyata dia menjelajah dari satu planet ke planet lain. Dia juga menceritakan bagaimana planetnya sangat kecil, tidak seperti bumi yang amat luas. Planet sang Pangeran Cilik hanya ada dia, sekuntum mawar, dan tiga gunung berapi mini - bahkan salah satunya sudah mati.
Aktivitasnya di planetnya itu hanya biasa saja. Menghangatkan makanan di atas gunung, membersihkan serpihan larva dari gunung, mencabut akar baobab, dan mengobrol dengan sang mawar. Setelah itu, dia mencari kesibukan lain dengan mengunjungi planet lain satu persatu.
Planet pertama yang ia kunjungi dihuni oleh seorang raja. Lucu sekali, dia mengklaim dirinya sebagai raja ketika tidak ada satu pun rakyat. Saat Pangeran Cilik datang, raja sangat terobsesi memintanya untuk selalu menuruti perintah raja.
Planet kedua, dia mengunjungi planet orang sombong. Saat sampai di planet itu, Pangeran Cilik sudah disambut "Ah inilah berkunjung seorang pengagum!" Hidupnya hanya ingin disambut dengan meriah, ingin orang-orang bertepuk tangan untuknya, ingin dikagumi sepanjang masa.
Planet ketiga yang paling aneh. Planet ini dihuni oleh seorang pemabuk. Hidupnya hanya mabuk-mabukan. Anehnya dia mabuk dengan alasan untuk menghilangkan rasa malu karena dia mabuk. Pangeran Cilik sudah tidak paham lagi dengan pikiran orang dewasa..
Planet keempat, dia adalah seorang pengusaha. Hidupnya dipenuhi angka, hanya menghitung dan menghitung. Dia menghitung bintang yang katanya itu miliknya. Hanya dihitung bagaimana bisa kamu bilang itu milikmu? Ya setidaknya itu pikiran Pangeran Cilik.
Planet kelima ini sangat aneh. Planet ini dihuni oleh seorang penyulut lentera. Sepertinya ini planet terkecil yang pernah ada, karena isinya hanya ada lentera jalan dan penyulutnya saja. Tugasnya hanya menyalakan lentera sesuai aturan. Lentera itu yang nantinya akan menentukan pagi dan malam. Ini dia tugas yang paling masuk akal bagi Pangeran Cilik karena tugasnya memiliki arti.
Saat ia menyulutkan lenteranya, seolah melahirkan sebuah planet baru atau sekuntum bunga. Saat lenteranya padam, bunga dan bintang pun tertidur. Sungguh perkejaan yang berguna dan indah, menurut Pangeran Cilik. Pekerjaan yang lebih bermakna dibandingkan pekerjaan para penguasa planet yang sebelumnya.
Planet keenam, planetnya sepuluh kali lebih luas dibandingkan kelima planet sebelumnya. Isi dari planet ini adalah seorang bapak tua - sang ahli ilmu bumi. Pekerjaan dia hanya mencatat setiap hal yang menyangkut bumi.
Tapi anehnya dia tidak tahu, mungkin belum pernah melihat apa yang ditulisnya karena ia hanya mendapatkan informasi dari penjelajah. Maka itu, dia hanya mencatatnya dan penjelajah berada di kasta tertinggi!
Planet ketujuh, planet terakhir yang ia datangi, planet paling luas, planet dengan miliaran manusia, ribuan bunga mawar dalam satu halaman, ia lah planet bumi. Di sinilah dia bertemu denganku.
Tapi di sini juga dia berpisah denganku. Pertemuan kami singkat namun aku menganggapnya sebagai teman sejati. Dia pergi dan sudah lama tidak kembali. Itulah perjalanan singkat Pangeran Cilik yang melihat semuanya dengan cara sederhana.
7 Deadly Sins?
Awal baca perjalanan si Pangeran Cilik ini sampai akhir bacaan, kesannya masih senang dan
fresh. Lucu ketika mengingat pertanyaan-pertanyaan lugu dari Pangeran Cilik. Tapi, lama kelamaan kesenangan ku berubah menjadi serius. Nyatanya, cerita ini justru membawa ingatan ku tentang
7 Deadly Sins. Ada yang pernah dengar?
Singkatnya, 7 Deadly Sins adalah ajaran dari Kristen dimana setidaknya manusia harus menghindari tujuh dosa mematikan, seperti sombong, tamak, iri hati, marah, nafsu, rakus, dan malas. Meski tidak disebutkan secara eksplisit, tapi ketujuh sifat tersebut memang bertentangan dengan kebajikan (virtues).
Contohnya, saat Pangeran Cilik bertemu dengan raja di planet pertama menunjukkan bahwa raja ini seperti tukang memerintah. Dia digambarkan sebagai raja yang haus akan kekuasaan dan ingin semua hal tunduk padanya. Ini menandakan sifat tamak dan rakus yang masuk ke dalam salah satu dari 7 Deadly Sins.
Planet kedua sudah jelas yang berisikan "orang sombong" yang ingin dipuji setiap saat. Bahkan saat Pangeran Cilik baru masuk pun, dia ingin disambut dan dilambai dengan meriah.
Planet ketiga isinya orang pemabuk yang kerjaannya hanya duduk diam sambil mabuk-mabukan tanpa mengerjakan hal lainnya yang berarti. Ini menggambarkan salah satu sifat 'malas' yang sangat bertentangan dengan virtues.
Planet keempat yang dihuni oleh pengusaha pun juga mencirikan beberapa gambaran dari 7 Deadly Sins. Dia ini sombong karena merasa pandai berhitung, dia juga pemarah karena sering membentak Pangeran Cilik, dan dia juga rakus serta bernafsu untuk ingin memiliki semua bintang di langit.
Di planet kelima, kalau aku rasa ini menunjukkan hawa nafsu. Bukan nafsu dalam artian seks, ya. Tapi dia bernafsu untuk selalu sempurna dengan segala pekerjaannya, padahal yang dia lakukan hanyalah menyalakan lentera. Dia mengeluh lelah, tapi tidak mau berhenti karena hawa nafsu untuk menjadi perfeksionis terlalu berlebihan.
Planet keenam yang diisi oleh ilmuwan menurutku lebih menunjukkan ke sifat iri hati. Tugas ilmuwan ini mencatat tentang ilmu bumi saja. Dia tidak tahu berapa banyak kota, sungai, gurun, dll karena itu tugas penjelajah. Ia berkata:
Tapi aku bukan penjelajah. Aku tidak punya seorang pun penjelajah. Yang menghitung kota, sungai, gunung, laut, samudra, dan gurun bukan ahli bumi. Ia berpangkat terlalu tinggi untuk berjalan-jalan. Ia tidak meninggalkan kantornya. Tetapi ia menerima para penjelajah. Ia menanyai mereka dan mencatat kenangan-kenangan mereka.
Dalam dialog tadi, aku menangkapnya bahwa si ilmu bumi ini sebenarnya iri dengan penjelajah yang bisa kemana pun. Tapi dia? Dia tidak bisa meninggalkan kantornya karena disibukkan dengan mencatat kenangan-kenangan dan menunggu penjelajah datang kepadanya untuk bercerita.
Bahkan ia menyebut si penjelajah dengan kasta tertinggi karena bisa melihat langsung keadaan kota, gunung, laut, samudra, dll.
Di planet terakhir adalah Bumi. Di sini, Pangeran Cilik merasa kagum karena Bumi adalah planet paling luas. Tapi mirisnya adalah, semua sifat 7 Deadly Sins ada di Bumi. Betul, kan?
Bukan Dongeng untuk Anak
Meski ceritanya simpel dengan penuh ilustrasi dimana-mana, tapi menurutku ini bukanlah dongeng untuk anak-anak. Cerita di dalam Le Petit Prince lebih deep dan agak dark. Dia menyentil sifat-sifat buruk yang sering dilakukan oleh manusia.
Tanpa sadar, mungkin diri kita sendiri pernah melakukan semua 7 dosa mematikan itu. Jadi, menurutku Le Petit Prince memang lebih ideal dibaca oleh para orang dewasa. Ini seperti buku self development dimana mengingatkan pembacanya bahwa manusia sering luput dari dosa.
Manusia harus sering diingatkan tentang hal-hal buruk yang sering dilakukan oleh masing-masing individu. Setelah membaca ini, justru aku jadi intropeksi dan bertanya pada diri sendiri: "Apa aku melakukan 7 dosa itu hari ini?"
Tapi, kalau ingin menyampaikan cerita ini kepada anak juga bisa dengan pendekatan yang lebih mudah dipahami. Pasalnya, buku ini cukup banyak menyajikan metafora yang mungkin akan sulit diterima nalar anak-anak. Jadi, para orang tua masih bisa mendampingi anak-anak saat menceritakan kisah Le Petit Prince.
Bukan Hanya Tentang Dosa, Ada Romansa Juga!
Meski ceritanya terkesan 'gelap' dengan mengingatkan tentang 7 Deadly Sins, tapi sebenarnya di sini ada kisah romantis juga lho. Dalam bukunnya dideskripsikan bahwa Pangeran Cilik merawat setangkai bunga mawar. Pangeran Cilik sangat menyukai bunga mawarnya itu, karena menurutnya indah dan rapuh.
Tapi, sang bunga mawar tidak mau dianggap rapuh. Dia selalu bilang "Aku punya duri yang bisa melukai." Memang betul, tapi mawar ini hanya setangkai dengan duri tiga buah saja. Jika ada macan yang menyerang pun sang bunga pasti kalah. Makanya, Pangeran Cilik sangat menjaga mawar tersebut dengan baik.
Rasa cintanya Pangeran Cilik pada sang mawar itu... menurut Aku romantis sih. Dia selalu ingin melindungi satu-satunya mawar yang ada di planet. Seolah dia ingin melindungi satu-satunya orang berharga di hidupnya.
Bahkan, saat ia melihat ribuan mawar di Bumi pun dia hanya teringat dengan bunga mawarnya dan mengkhawatirkan bunga mawarnya yang sendirian di planet. Ini menunjukkan sebuah kesetiaan dalam hubungan. Meski ada banyak pilihan, tapi jika sudah mencintai satu dengan hati yang tulus maka tidak akan berpaling sedikit pun. So sweet~
Sebenarnya masih banyak yang bisa dibahas dalam satu cerita di buku ini. Namun, 7 Deadly Sins dan kisah romantis Pangeran Cilik mendominasi rasa ketertarikan ku akan buku karya Antoine de Saint-ExupΓ©r. Kalau kamu ingin tahu lebih banyak hal menarik yang ada di buku ini, langsung baca aja bukunya, ya! Yang pernah baca, mari diskusi di kolom komentar, yuk~
Aku punya buku ini, Mbak. Awalnya, kupikir ini buku anak. Setelah baca isinya, ternyata agak membingungkan kalau untuk anak-anak. Dan ternyata, anakku pun nggak suka. Tapi, kalau buat aku, buku ini menarik. Banyak cerita-cerita kiasan yang sebenarnya maknanya daleeem....
ReplyDeleteIya bener, kalau dibaca anak-anak pasti bingung. Aku juga mikir ini dongeng anak ternyata isinya banyak kiasan ya~
DeleteSaya sudah pernah baca buku ini lama banget. Isinya menarik, banyak pembelajaran walau kadang2 ada yang enggak mudeng maksudnya hehe... Karena dibahsmas di blog mbk, jadi pengen bongkar2 utk baca lg buku ini.
ReplyDeleteIya, aku baru menemukan buku ini~ ayo mba baca lagi, seru, dan deep banget sih
Deletesering lihat sampul buku ini wara wiri di mana-mana, tapi belum sempat baca. wah isinya agak dark ya, berarti butuh waktu khusus nih buat baca. okedeh, masuk wishlist, hehehehe
ReplyDeleteYap bener, walaupun kesannya dongeng tapi isinya dark~ ayo coba baca mba ^^
DeleteBuku ini termasuk klasik dan mendunia ya, aku punya tapi belum dibaca tuntas hehe kalau fantasi memang agak lama aku bacanya. Cari lagi ah bukunya ada di rak deh
ReplyDeleteIyap, ini mendunia banget mba~ ayo coba baca lagi xixixi xD
DeleteBukunya kayaknya menarik banget.... Masuk daftar list buku yang pengen aku baca tahun ini ahhh π
ReplyDeleteIya mba memang menarik banget~ Ayo coba dibaca ^^
DeleteAku baca ini udah lama. Buku yang bagus, nggak cuma buat dibaca tapi dipelajari, buat nambah ilmu nulis dan ngedit.
ReplyDeleteOh, aku belum pernah baca buju ini. Namun, jelas ini bukan buku untuk anak. FilOsofis. Sastrais. Buat orang dewasa yang enggak terbiasa baca pun bakalan diskip. Hihihi ...
ReplyDeleteAku jadi ingat pernah punya buku ini tapi hilang entah ke mana waktu pindahan dari Semarang ke Bogor. Sekitar tahun 2005 dapat hadiah dari teman yang nikah sama orang Belgia yang kebetulan bahasa ibunya Prancis sesuai buku ini aslinya. Memang seru dan bagus gambarnya, aku aja suka. Jadi pengin beli lagi buat diceritakan ke anak-anak, buat pengingat diri juga. Penyampaiannya buat org dewasa sangat samar tapi temanya everlasting, ga heran jd salah satu buku terlaris di dunia selain buku Agatha Christie.
ReplyDeleteIni buku bagus ini,, pernah baca walaupun belum semua,, menarik.
ReplyDeleteYa ampun kak, aku kok tertarik banget pengin baca buku ini. Aku baca dari awal sampai akhir, benar-benar menarik. Coba cari di ipusnas Ah.
ReplyDeleteWah buku yg menarik nih. Dan untungnya diulas dan ada info kalau cerita2nya kiasan dan malah cocok untuk pembaca dewasa jadi ga salah beli ya.
ReplyDeleteBuku bertokoh anak-anak memang nggak selalu untuk anak-anak :) Yang tampak seperti buku anak-anak sering malah isinya serius dan banyak pembelajaran berharganya buat orang dewasa.
ReplyDeleteBuku-buku yang sangat menarik untuk dibaca, apalagi buku ini pun tersedia di gramediaa.. Semoga di toko buku gramed sini masih menyediakan jika ada yang mencarii bukunya..
ReplyDeleteSepertinya buku ini lebih memiliki makna filosofis yah. Saya jadi penasaran membacanya
ReplyDeleteDari Judulnya udah ketauan banget ada bau bau France ya mba. Sebenernya saya suka nih yang ada cerita sederhana seperti ini plus ada ilustrasi pula, belum lagi ada pesan-pesan yang selalu mengingatkan manusia akan siapa dirinya, sebagai contoh sifat buruk tadi ya. Menarik, saya coba baca juga nanti.
ReplyDeleteMenarik sekali buku ini :) Patut dimiliki dan dibaca. Udah lama ga main ke Gramedia, kangen beli buku. Cerita si Pangeran Cilik ini pasti disukai oleh anak2 ya. Malah untuk dibacakan sebagai dongeng sebelum bobo juga cocok.
ReplyDeletebagus ceritanya.. di planet kedua pikiranku malah ke planet Namex wkwk.. karena disana orang Saiyan (termasuk rajanya) sombong semua
ReplyDeletemungkin bukunya sudah jarang, tapi lihat cerita menarik..ada makna yang dalam sebagai renungan kehidupan
ReplyDelete