Review dan Sinopsis Moonlight Chicken, Kompleksitas Perasaan Manusia
Ketika kamu ingin berhubungan dengan orang baru, selesaikan dulu dengan yang lama
Wajah Wen terlihat mengerutkan keningnya yang mulus itu, menimbulkan guratan garis halus menunjukkan bahwa ia sedang berpikir. Memikirkan kata-kata tadi yang diucapkan oleh salah satu sahabatnya itu.
Wen menjadi center dalam peliknya kisah hidup antara Alan dan Jim. Ini pertama kalinya ia merasakan kompleksitas di dalam dirinya sendiri. Melakukan kesalahan sudah menjadi hal lumrah dilakukan oleh manusia. Tapi menyakiti satu sama lain adalah hal yang berbeda.
Inilah kisah Wen dengan segala peliknya permasalahan hidup menimpanya hanya karena one night stand dengan pria berumur matang penjual ayam hainan, Jim.
WARNING! Artikel mengandung spoiler.
Sinopsis Moonlight Chicken
"Permisi, kedai makan kami sudah mau tutup"
Aku masih menelungkupkan kepala di atas meja makan. Satu piring ayam hainan dengan beberapa kaleng bir sudah kutelan bulat-bulat. Dan inilah akhirnya, aku terlalu mabuk untuk pulang ke rumah yang tidak terasa seperti 'rumah.'
Suara itu...
Sepertinya dia sang penjual ayam. Dan, apa ini? Aku terbangun hanya karena suara beratnya yang lembut mengalun ke telingaku. Tidak, aku tidak mau pulang ke bangunan itu. Akhirnya, si tukang ayam ini membopongku pulang ke rumahnya.
Dengan hati yang tulus, ia membawa seorang stranger untuk pulang ke rumahnya. Apakah dia naif? Bodoh? Atau, dia justru orang jahat yang ingin merampokku? Aku tidak peduli, aku hanya tidak ingin pulang.
Namun, sesaat sampai di rumahnya, justru kami duduk di atas kasur yang sama. Ia berusaha 'memperbaiki' ku yang terlalu semrawut karena mabuk. Tapi, entah setan apa yang menghampiri, kupeluk lehernya dan kugoda penjajak ayam hainan tadi.
Mulai dengan mengecup pipi, kemudian turun ke area lehernya sampai akhirnya aku berusaha meraih bibirnya yang sedikit terbuka. Ia melongo kaget dengan kelakuanku yang super agresif. Dia mendorongku pelan sebagai gestur penolakan. Tapi, aku tidak peduli dan langsung menciumnya saat itu juga.
"Ini tidak akan menjadi rumit, kan?"
Pertanyaan pertama yang muncul dari bibirnya. Aku tersenyum sembari menanggapinya...
"Kita tidak harus membuatnya rumit, kan?"
"Apa yang terjadi malam ini akan berakhir malam ini juga."
Kalimat itu seperti ucapan final bahwa kami hanya akan melakukan one night stand. Aku setuju, tapi aku tidak akan pernah berjanji ini akan menjadi malam terakhirku bersama pria dewasa yang begitu menggoda ini.
Malam itu berakhir begitu cepat dan panas. Pagi harinya, ia sudah bangun duluan dan aku menyusulnya. Ia jago untuk menjaga batas, dan bersikap seolah malam itu tidak ada apa-apa. Aku tidak mempermasalahkannya. Pria ini menarik. Dan, aku menyukainya.
Aku lupa memberitahu kalian, nama pria itu adalah Jim. Dia sering disapa dengan 'uncle Jim' karena ya memang dia sudah cukup berumur. Perawakan uncle Jim sangat tinggi. Ototnya kekar tapi tidak berlebihan.
Warna kulitnya yang tanned dengan rambut klimis memperlihatkan jidatnya yang maskulin itu terasa seksi di mataku. Oke, aku sangat menyukainya. Akan kukejar dia!
Langkah pertamaku adalah tetap berada di sekitarnya. Misi pertama, aku akan meminta Jim untuk menerimanya sebagai pegawai kedai setiap weekend. Dia menerima usulan itu. Awal yang bagus untuk memikat hati seseorang, bukan?
Kami berdua semakin dekat, hingga akhirnya kedua ponakan uncle Jim menaruh pertanyaan:
Ada hubungan apa antara Wen dan Jim?
Aku cukup berani dengan mengatakan bahwa aku menyukai uncle Jim. Tapi yang menohok adalah, Jim hanya menganggapku teman. One night stand kami memang tidak berkelanjutan bahkan Jim terasa menjaga jarak, seolah tidak mau menyelam terlalu dalam.
Tembok Jim terlalu tinggi dan tebal untuk aku terobos. Tapi, bukan Wen namanya apabila menyerah untuk mendapatkan hati Jim. Belum juga Wen merobohkan pertahanan dinding hati yang tebal itu, permasalahan mulai datang.
Alan tahu tentang Jim. Alan tahu bahwa aku sudah tidur dengan Jim. Alan juga tahu aku menyukai Jim. Akan kuceritakan siapa Alan. Dia.... kekasih...tidak! Dia adalah mantan pacarku. Sebelumnya kami sudah berpacaran selama lima tahun.
Ingat kenapa aku tidak mau pulang? Itu semua karena Alan. Meski aku sudah meminta putus dengan Alan, tapi dia menahanku di rumah itu. Ia tetap ingin tinggal satu rumah denganku. Jujur saja, aku tidak bisa menolaknya. Alan adalah orang yang aku sayangi tapi bukan sebagai pasangan.
Rasa sayangku terhadap Alan sekarang hanya sebatas teman. Namun, rasa sayang Alan padaku semakin besar. Ia masih berharap hubungan kami terjalin dengan baik lagi. Tapi tidak bisa. Percikan cinta itu sudah padam sejak lama, bahkan sebelum aku bertemu dengan Jim. Dan, mungkin kalian bertanya:
Jadi, statusmu apa dengan Alan? Bagaimana dengan Jim?
Aku ingin lepas dari Alan. Tapi sungguh itu sulit. Aku... merasa kasihan. Tapi aku ingin bersama Jim. Aku merasa Jim adalah 'rumahku' yang sesungguhnya. Katakanlah aku egois, tapi aku benar-benar akan melepas Alan untuk Jim dan diriku sendiri.
Kami sudah terlalu sering saling menyakiti. Bukan karena Jim. Sejak aku minta putus pun, Aku dan Alan selalu bertengkar. Semua hal bisa menjadi amarah yang memuncak. Aku tersakiti, begitu pun dengan Alan.
Tetapi, kemunculan Alan yang melabrak Jim secara tiba-tiba membuat semuanya jadi lebih rumit. Jim semakin memasang tembok yang tinggi dan lebih tebal dari sebelumnya. Jim sudah tidak percaya lagi padaku. Apa yang harus aku lakukan?
Di saat kebingungan ini, akhirnya temanku menyeletuk.. "Selesaikan dulu urusanmu dengan yang lama sebelum memulai yang baru." Dari situ, aku mulai menata semuanya dari awal.
Konflik Cerita Lebih Gereget dan Realistis
Ini adalah drama EarthMix terbaik versiku. Sebelumnya, aku sangat tergila-gila menyukai kisah cinta Tian dan Phupa di drama A Tale of Thousand Stars. Tapi kehadiran Moonlight Chicken justru membuat cerita drama sebelumnya jadi tidak terlalu menarik.
Mungkin karena aku bosan menontonnya berulang kali. Namun yang pasti, aku suka Moonlight Chicken dari berbagai aspek, salah satunya adalah ide cerita.
Kisah yang disuguhkan Moonlight Chicken terkesan simpel, tapi dieksekusi sangat mendalam. Ia lebih kompleks dan terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari. Jadi, bisa dibilang Moonlight Chicken akan lebih mudah relate dengan kehidupan banyak orang.
Kisah cinta segitiga antara Wen-Jim-Alan menjadi konflik utama yang panas. Dan, konflik utama itu dikemas secara intens yang sangat padat. Bahkan, ketiga karakter utama tersebut diberi background story yang cukup sehingga kita bisa lebih memahami sifat dari setiap pemerannya.
Baca Juga: Review Drama Cupid's Last Wish
Selain konflik utama, sub-konflik yang disajikan juga terasa sangat relate dengan kehidupan sehari-hari. Aku sangat suka sub-konflik dari salah satu ponakan Jim, yaitu Li Ming. Perbedaan umur Jim dan Li Ming diceritakan cukup jauh, hampir 20 tahun.
Dan, Jim sendiri sudah dianggap sebagai orang tua oleh Li Ming, karena memang ia dirawat sejak kecil oleh Jim. Tapi, karena age gap tadi membuat keduanya sering beradu mulut. Pendapat mereka enggak pernah selaras. Entah Jim yang terlalu kolot dan kaku, atau memang Li Ming yang sedang memasuki usia puber.
Sudah pasti, konflik antara Jim dan Li Ming terasa sangat dekat dengan kejadian yang ada di kehidupan nyata. Sepertinya hampir setiap keluarga mengalami cek cok seperti ini, antara kaum muda dan kaum dewasa.
Itulah alasannya Moonlight Chicken terbilang sukses. Ide cerita yang simpel tapi dikemas dengan apik pun akan terasa sangat istimewa. Love it!
Perubahan Tensi Alur Cerita
Moonlight Chicken adalah mini seri, jadi jumlah episodenya tidak banyak, hanya sampai 8 episode saja. Di episode satu sampai empat, menurutku cukup padat dan berjalan sangat mulus untuk memperkenalkan setiap karakternya.
Sebenarnya konflik sudah muncul sejak episode 4, tapi itu di scene terakhir saat Alan melabrak Jim. Tensi konflik utama sangat tegang di kisaran episode 5 dan 6. Sedangkan konflik mulai terasa mulai cooling down di episode 7 dan 8.
Nah, yang aku permasalahkan adalah mulai dari episode 5 hingga akhir. Semua konflik terasa dipercepat demi mengejar durasi yang terbatas. Semua konflik terasa 'ditampar' ke penonton sekaligus, mulai dari konflik utama hingga semua sub-konfliknya. Sehingga, rasanya menonton episode 6-8 itu sangat 'ngosngosan.'
Alhasil, episode terakhir ditutup dengan kesan yang terburu-buru. Mungkin seharusnya Moonlight Chicken jangan dijadikan sebagai mini seri, tapi drama dengan jumlah episode 10 atau 12, mengingat ia memiliki banyak konflik di dalamnya.
Belum lagi konflik Li Ming terasa begitu banyak dan padat, jadi kurang memberikan penyelesaian yang memuaskan. Bagaimana menurut kalian?
Adegan Seks yang Sopan
Entah aku pantas atau tidak mengatakan 'adegan seks yang sopan' seperti ini. Tapi menurutku sex scene yang ditampilkan terasa sangat dewasa dan elegan meski vulgar. Aku tidak merasa risih sama sekali. Justru, adegan seks ini menguatkan perasaan Wen terhadap Jim.
Aku lebih mudah memahami bagaimana Wen sangat menyukai Jim, dan bagaimana Jim merasa ragu akan perasaannya terhadap Wen. Adegan seksnya justru seolah bercerita dan menyampaikan makna-makna yang tersirat. Gestur keduanya terasa natural dan mengalir.
Biasanya, aku selalu skip jika ada drama yang menampilkan adegan seks. Karena... ya menurutku adegan seperti ini terasa hambar dan kosong. Tapi hal itu tidak terjadi di Moonlight Chicken. Mungkin karena kemistri EarthMix yang begitu terasa nyata, atau mungkin karena eksekusinya yang apik.
Apapun itu, menurutku adegan seks di Moonlight Chicken tergolong sopan, tidak brutal, tidak terkesan bitchy, justru terasa sangat elegan dan dewasa. Namun tetap saja, drama ini memang diperuntukkan untuk usia dewasa. Jadi, jangan tonton drama ini bersama anak-anak, ya!
Peningkatan Kualitas Sinematografi Meski Belum Sempurna
Aku salut banget dengan peningkatan kualitas sinematografi yang dihadirkan di Moonlight Chicken. Seolah, P'Aof selaku sutradara, mendengarkan keluhan dari penonton. Jika dibandingkan dengan A Tale of Thousand Stars, yang juga diarahkan oleh Aof, Moonlight Chicken terasa lebih estetik.
Tidak ada cahaya yang terlalu gelap. Moonlight Chicken justru memberikan warm tone disesuaikan dengan tema dramanya. Kesan hangat itu ia munculkan dengan memberikan tampilan warna yang kebiru-biruan dengan sedikit sentuhan oranye. Sangat cantik!
Tetapi, ada beberapa adegan yang terlalu kebiruan. Bahkan, warna gigi yang seharusnya putih pun terlihat berubah menjadi biru. Dan, hal itu tidak hanya terjadi di area gigi, warna baju pun sedikitnya jadi berubah karena tone biru yang terlalu berlebihan.
Untukku, itu sedikit mengganggu karena menghilangkan warna aslinya sehingga terkesan kurang natural. Mungkin Moonlight Chicken bisa belajar dari drama I Told Sunset About You. Mereka juga membawa nuansa hangat dengan dominan tone berwarna kuning tanpa menghilangkan warna aslinya, jadi kesannya tetap natural.
Baca Juga: Review Drama Cutie Pie
Tetapi, kekurangan tadi masih bisa dimaklumi, sebab baru kali ini rasanya aku melihat GMMTV cukup berani mengeksplor sinematografi yang berbeda. Selain itu, pergerakan kameranya juga sudah mulai terasa dinamis, meski aku masih lebih menyukai kecanggihan gerakan kamera di drama Cutie Pie.
Namun, untuk drama GMMTV ini aku berikan apresiasi yang layak. Sorotan sudut pandang dari kameranya sudah sangat bervariasi dan cukup menghilangkan kesan monoton, tidak seperti drama-drama sebelumnya. Good job!
Kualitas Akting Super Mantap!
Tidak ketinggalan, aku mau apresiasi semua jajaran aktor yang terlibat dalam Moonlight Chicken. Mari mulai dari para peran utama. Sejak melihat video trailer Moonlight Chicken, aku sudah yakin dengan kualitas Earth sebagai Jim.
Sorot matanya memainkan emosi dengan sangat baik, seolah peran Jim adalah dirinya sendiri. Dan hebatnya, aku enggak lihat karakter Phupa atau Korn di dalam diri Earth. Ini menunjukkan kualitas akting Earth jauh berkembang dengan sangat signifikan.
Jujur saja, sebelumnya aku kurang suka dengan aktingnya sebagai Phupa di A Tale of Thousan Stars karena terasa kaku, dan belum bisa mengolah emosi dengan baik. Tapi di sini, sangat next level!
Lalu, untuk Mix sebagai Wen juga enggak kalah kerennya. Jika dulu ia berperan sebagai Tian yang lebih kalem dan pasif, kini ia harus berperan sebagai Wen yang sangat agresif. Cukup bikin terkejut karena pendalaman emosinya juga bagus sehingga aku bisa memahami dengan baik bagaimana karakter Wen.
Kemudian, Alan dan Gaipa, couple FirstKhao ini memang punya kemampuan akting yang luar biasa mumpuni. Memainkan emosi sudah menjadi makanan sehari-hari untuk mereka.
Kedua aktor ini jago mengeksplor karakter Alan dan Gaipa dengan sangat baik, mulai dari mimik wajah hingga bibir yang gemetar saat merasa sedih atau marah. Bagus banget!
Baca Juga: Review Drama A Tale of Thousand Stars
Dan, yang paling aku apresiasi adalah para aktor pendatang baru, Gemini, Forth, dan Mark. Khususnya Forth, dia adalah aktor dengan potensi yang sangat bagus! Aku suka bagaimana dia mengekspresikan perasaan Li Ming ketika sedih, senang, bahkan marah.
Adegan favoritku adalah saat Li Ming berteriak dan bertengkar dengan Jim. Scene tersebut terasa nyata dan natural! Keduanya sangat blending dengan baik sehingga aku sampai percaya bahwa keduanya adalah ponakan dan om.
Untuk Gemini, aku salut dia bisa memerankan karakter Heart yang tuli dan bisu. Sepanjang drama, ia berkomunikasi hanya melalui bahasa isyarat, dan bahasa isyarat itu tersampaikan dengan baik. Sepertinya Gemini belajar dengan sungguh-sungguh mengenai bahasa isyarat dan bagaiaman perasaannya menjadi seorang bisu dan tulis.
Sedangkan untuk Mark, aku sangat menyayangkan karakternya belum terkekspos secara dalam. Perannya sangat sedikit di sini, tapi dia bisa memerankan karakter ponakan yang selalu menjadi penengah dan penuh jenaka.
Oke sepertinya itu saja dariku tentang Moonlight Chicken. Meski bagus dan menjadi salah satu drama BL (Boys Love) favoritku, tidak menutupi bahwa ini bukan karya yang sempurna. Masih ada beberapa celah yang dimaklumi.
Setiap konflik dalam drama ini juga terasa nyata dan memiliki makna tersendiri, tergantung bagaimana penonton menafsirkannya. Cukup puas menantikan drama ini selama satu tahun dengan hasil yang luar biasa. Keep doing great GMMTV!
pertama baca judulnya, moonlight chicken, kirain tentang apa. hehe ... meski bukan penikmat drama thailand, tapi aku bisa merasakan kalau ada perkembangan menarik dari segi cerita, gambar maupun kemampuan aktornya. terima kasih untuk ulasannya
ReplyDeleteAwalnya Aku baca sinopsisnya sambil ngebayangin ini kisah cinta antara cewek dan cowok seperti pada umumnya, tapi dilihat dari beberapa foto kok cowok semua, eh taunya ini cerita boy boy semuanya ya.π
ReplyDeletePria dewasa yang menggoda, uhuyyy! Hahahaha...Seru amat Moonlight Chicken ini mbak :) Kisah percintaan memang selalu menarik diikuti ya. Apalagi jika tokoh2nya digambarkan ganteng dan cantik. Konflik di dalamnya juga cukup menghibur.
ReplyDeleteSinopsisnya keren, jadi pengen nonton langsung...bisa ya lengkap seperti ini..apik banget pengamatan nya
ReplyDeleteAku kira ini cerita romansa perempuan sama laki2. Ternyata bukan ya hehe. Aku sendiro jarang ntn drama Thailand π
ReplyDeleteTernyata drama BL ini banyak penontonnya ya kaget juga banyak yang bahas di Twitter, kebanyakan dari Korea dan Thai ya
ReplyDelete