Sinopsis & Review TharnType Season 1, Trauma yang Membawa Kisah Cinta
Ingatan itu masih sangat jelas. Dia.. mengikatku, membawaku ke tempat kotor, dan..
Menjijikan. Aku sangat benci kaum mereka. Masih terlihat jelas di ingatanku. Dia mengikatku duduk di atas kursi kayu yang sangat kotor. Dindingnya dipenuhi sarang laba-laba. Pria itu datang dengan sunggingan senyum yang bikin aku bergidik.
Umurku masih sangat belia. Aku hanya ingin main bola, tetapi dia malah mempermainkanku. Mempermainkan tubuhku seolah itu miliknya. Dia meraba dari ujung kepala hingga ujung kaki. Teriakan anak umur enam tahun tentu tidak akan terdengar samar, apalagi ini di ruangan tertutup yang sangat kotor.
Jijik! Aku sungguh benci kaum mereka. Kenapa seorang pria harus menyukai pria lagi? Mereka hanya memikirkan nafsu. Tidur dengan siapa saja yang mereka inginkan, meraba tubuh seseorang sembarang. Sungguh aku membenci kaum gay!
Tidak akan bisa yang mengubah pikiranku itu, hingga.. bencana itu datang. Aku harus satu kamar dengan pria gay! Namanya Tharn, dan aku yakin dia adalah pria yang sering meniduri sembarang pria di luar sana. Ini bahaya, aku harus pindah kamar!
WARNING! Artikel mengandung spoiler.
- Tayangan: Netflix (link nonton)
- Genre Film: Romance, School, Youth, Drama
- Tanggal Rilis: Oktober 2019
- Jumlah Episode: 12 + 1 Spesial Episode
- Durasi Per Episode: 55 menit
- Pemain: Mew Suppasit (Tharn), Gulf Kanawut (Type), Mild Jinna (Techno), Hiter Natthad (Tum), Kokliang Parinya (Tar), Kaownah Kittipat (Lhong)
Sinopsis
"Type!"
Temanku, Techno, berlari terburu-buru hanya untuk menghampiriku yang sedang sibuk mengambil barang di loker olahraga. Aku hanya mengerenyitkan kening. Menatapnya bingung, betapa rusuhnya dia kala itu. Keringatnya mengucur dari pelipisnya karena berlari dengan semangat.
"Ada apa?"
"Apakah kau tahu? Teman sekamarmu, Tharn! Hah.. Hah.. Hah.."
Nafas Techno begitu tersengal-sengal. Tetapi yang paling menyebalkan adalah, dia menjeda ceritanya dengan menyebut nama teman sekamarku! Tetapi, aku tetap diam menatap Techno dengan ekspresi bingung.
"Tharn.. Teman sekamarmu itu, ternyata seorang gay!"
Mendengar itu, rahangku langsung mengeras. Kedua bola mataku membelalak seperti mau keluar. Muka dan telingaku memerah, ingin segera memaki. Kenapa? Dari sekian banyak pria, kenapa harus teman sekamarku yang gay?!
Tanpa berbicara apapun, aku langsung pergi. Ku langkahkan kaki lebar-lebar, setengah berlari menuju kamar asramaku. Ku buka pintu sampai terdengar bunyi.. BRAK!
"Kau seorang gay?!"
Suaraku meninggi ketika melihat Tharn tengah sibuk dengan kegiatannya sendiri. Tentu saja Tharn terkejut dengan pertanyaanku yang tiba-tiba. Apalagi mimik wajahku memang menunjukkan kemarahan yang luar biasa.
"Memangnya kenapa?"
Begitu saja jawabannya, sangat santai dan tidak merasa bersalah sama sekali. Ini membuatku sangat geram. Ingin rasanya aku meninju wajah maskulinnya itu sampai terperosok di sudut kamar. Aku benci berada di situasi seperti ini.
"AKU TIDAK MAU SEKAMAR DENGAN SEORANG GAY!"
Teriakanku sangat lantang dan jelas. Hal itu membuat Tharn juga ikut membuat ekspresi emosi sepertiku. Dia langsung menghampiriku, mendekat ke arahku dengan wajahnya yang lebih memerah dibandingkan dengan wajahku.
"Apa salahnya dengan gay?"
"Aku jijik dengan kaummu. Pergi! Aku benci satu kamar dengan seorang gay! Kau pasti sering meniduri pria sembarangan, kan? Kau pasti ingin memanfaatkanku, kan?!"
Pertengkaran kami tidak bisa dihindarkan. Lebih tepatnya, akulah yang memancing pertengkaran itu. Mau bagaimana lagi? Aku memang punya sifat yang sangat keras kepala, egois, dan mudah tersulut emosi, apalagi untuk hal seperti ini. Aku benar-benar jijik dan membenci kaum gay!
Pokoknya, Tharn tidak boleh sekamar denganku. Aku muak melihatnya! Namun, Tharn tetap bersikukuh tidak mau pindah. Menurutnya, alasanku tidak masuk akal. Dia masih saja membela kaumnya sendiri. Justru dia yang memintaku pindah kamar.
Aku bercerita tentang hal ini pada Techno. Dia juga menyetujui usul Tharn, karena di sini akulah yang tidak menyukainya. Akhirnya, dibantu oleh Techno, aku pun mengetok semua kamar yang ada di asrama untuk mau bertukar roomate denganku.
Sayangnya, tidak ada yang mau. Memang sulit mencari teman sekamar di saat seperti ini. Ini sudah dua bulan perkuliahan, pasti semua teman sekamar sudah saling dekat satu sama lain. Begitupun denganku. Sebenarnya, aku sudah cukup dekat dengan Tharn. Namun, gara-gara hal ini, pertemanan kami jadi rusak.
Tidak peduli, yang jelas aku tidak akan pernah mau satu kamar dengan Tharn. Satu-satunya gay yang aku terima dalam lingkaran hidupku hanya Techno. Dia adalah sahabat terbaikku sejak lama. Selalu ada bersamaku di saat susah maupun senang. Aku bersyukur punya teman yang sangat sabar menghadapiku yang pemarah seperti ini.
Seperti sekarang ini, Techno lah yang mencarikanku teman sekamar baru. Akhirnya, ada satu orang yang mau bertukar kamar denganku. Tetapi.. setelah aku pikir-pikir, aku akan kalah jika aku yang pindah kamar. Jadi, aku tolak tawaran itu. Tentu saja hal itu bikin Techno bingung.
Oke, ini saatnya berperang dengan Tharn. Aku yang akan menang. Aku yang akan membuatnya pergi dari kamar ini. Membuatnya tidak betah adalah rencanaku. Mengacak-ngacak kasurnya, mengotori kasurnya dengan cemilan, membongkar isi lemarinya, dia pasti kesal! Itu yang ada dipikiranku.
Tetapi, Tharn tidak bergeming. Dia justru membalasku dua kali lipat. Sungguh Tharn tipe yang sangat sulit dilawan. Oke, aku akan party di kamar ini, menonton video porno heteroseksual di hadapannya.
Tapi.. tetap tidak bergeming! Justru dia sekarang jadi dekat dengan teman-temanku. Dia malah menonton video porno itu dengan teman-temanku! SIALAN! Sampai pada akhirnya.. aku sempat jatuh sakit karena malam itu..
Malam itu, Tharn bersikap sangat agresif karena aku mengatainya "GAY MENJIJIKAN." Dia hampir melecehkanku, walaupun sebenarnya dia hanya menggertakku saja. Tapi, tetap saja itu menakutkan! Setelah kejadian itu, aku tidak berani mengganggu Tharn. Justru aku sering memimpikan kejadian yang menjijikan.
Kejadian sewaktu kecil saat aku diperkosa oleh pria paruh baya. Umurku yang masih balita harus merasakan kesakitan lahir dan batin karena kejadian pemerkosaan itu. Semuanya sangat jelas di mimpi, membuatku demam berhari-hari.
Tapi, yang paling mengejutkan, Tharn justru merawatku dengan baik. Dia benar-benar merasa bersalah karena kejadian sebelumnya. Akhirnya, lama-lama kami berbaikan. Mulai dekat kembali, apalagi setelah mengetahui Tharn membantuku mengatasi masalah dengan kaum gay di kampus.
Aku tak sengaja menghina mereka di publik karena.. ya.. emosiku yang meledak saat mereka memegang tanganku dengan genit. Akhirnya satu kampus memusuhiku. Tapi, masalah itu clear berkat Tharn yang bilang bahwa dia menyukaiku.
IYA! Tharn bilang menyukaiku. Dia tahu aku benci kaum gay, tapi dia malah menyukaiku! Apa-apaan ini?! Aku tidak bisa terima, tapi anehnya aku tidak bisa marah, hanya bisa menggertak saja. Hingga akhirnya aku merasakan getara itu.
Aku merasa selalu senang berada di dekat Tharn. Tapi, aku tidak mau menunjukkannya. Aku selalu merasa berdebar ketika Tharn menatapku dengan lembut. Tapi, aku gengsi untuk mengakuinya. Apalagi aku sudah menghinanya dengan sangat parah. Apakah aku mulai jatuh cinta dengan Tharn?
Mengangkat Isu Sosial yang Cukup Berat
Cukup lama untukku menyelesaikan drama TharnType. Pada awalnya maju-mundur untuk melanjutkan drama ini mengingat banyak adegan vulgar 18+ yang ditampilkan dalam drama. Tapi, kali ini aku bertekad menyelesaikannya karena memang banyak reviewer yang mengatakan ini bukan drama BL simpel.
Bukan hanya soal cinta-cintaan yang menye-menye. Dan benar saja, semua itu terbukti saat aku menonton TharnType sampai akhir. Aku cukup kagum dengan ide cerita yang diangkat. Mereka bukan hanya memasukkan unsur LGBT, tapi juga sikap orang homofobia menanggapi isu LGBT.
Di sini jelas sekali bahwa Type digambarkan sebagai pria yang sangat tidak suka, bahkan membenci kaum gay (homofobia). Bukan karena merasa tabu, ternyata Type memang punya trauma sendiri menyangkut kasus gay ini. Dia pernah diperkosa saat masih kecil. Bahkan pemerkosanya pun seorang pria paruh baya.
Ini dia isu sosial yang diangkat, yaitu pemerkosaan dan pedofilia. Lalu, ada Tar (mantan pacar Tharn), yang terpaksa harus putus dari Tharn karena ternyata dia juga pernah diperkosa oleh tiga orang pria sekaligus.
Dua isu besar digabung menjadi satu. Namun, isu pemerkosaan terhadap pria lah yang paling disorot. Sejujurnya ini bahasan yang cukup ekstrim dan sensitif, tapi TharnType bisa mengemasnya dengan singkat, jelas dan padat.
Penonton jadi paham bagaimana perasaan korban pemerkosaan, terlebih lagi di sini korbannya adalah pria. Rasa malu, marah, dan trauma itu tergambarkan dengan jelas. Bedanya, type melampiaskannya dengan amarah. Sedangkan Tar melampiaskan rasa traumanya dengan menyendiri.
Baca Juga: Review Lakorn Cupid's Last Wish
Mana yang lebih baik? Tidak ada yang lebih baik. Yang aku lihat, mereka ingin dirangkul dan didengar. Namun, di sisi lain, mereka juga merasa malu dan jijik terhadap diri sendiri. Sungguh miris. Mau melaporkan kasus pemerkosaan pun rasanya malu. Jadi, sampai akhir cerita kita enggak akan lihat si pelaku masuk bui.
Inilah yang menjadi kekurangan dari drama TharnType. Aku kesal, kenapa pelaku tidak dijebloskan ke penjara, dan dia hanya mendapatkan satu bogeman saja? Sedangkan hidup Tar begitu terpuruk dan hancur. Seolah drama ini meromantisasi bahwa pelaku pemerkosaan bisa bebas begitu saja.
Tetapi, di sisi lain, aku juga punya pikiran mungkin Tar merasa malu kalau harus melaporkan ke polisi. Soalnya, bisa saja media menggembar-gemborkan berita kasus ini secara berlebihan. Akhirnya, si korban lah yang disorot, bukan pelakunya. Jadi, harus bagaimana menanggapi kasus seperti ini?
Nyaris Tidak ada Plot Hole
Terbiasa menonton drama BL Thailand, aku jadi sedikit hafal dengan celah-celahnya. Biasanya, drama BL Thai, terutama dari GMMTV, akan memberikan lubang yang menimbulkan banyak pertanyaan; kenapa bisa seperti itu? Bagaimana itu bisa terjadi? Apa latar belakang dia melakukan itu? Dan masih banyak lagi.
Tapi, untuk TharnType, aku hampir tidak menanyakan hal apapun. Nyaris tidak ada plot hole di dalam drama ini. Semua latar belakang karakternya sangat kuat. Penonton diberikan gambaran yang jelas tentang masa lalu dari pemain utamanya.
Bahkan, pemeran pendukung yang bertindak krusial dalam cerita pun diberi porsi yang pas dengan background story yang kuat. Contohnya adalah Tar. Kita bisa memahami trauma Tar dengan baik karena penjelasan masa lalunya yang detail namun tidak berlebihan, meski tidak ditampilkan dalam sebuah flashback.
Satu-satunya plot hole yang mengganggu adalah Lhong (teman Tharn) yang menyuruh orang untuk memerkosa Tar. Dia kurang diberi porsi yang cukup untuk menjelaskan latar belakang melakukan hal buruk pada Tar. Kita hanya tahu bahwa Lhong menyukai Tharn.
Dia tidak suka dengan Tharn yang dulu sangan bucin pada Tar. Akhirnya, dia menyuruh orang untuk memerkosa Tar, hingga memeras Tar untuk membantunya bikin Tharn dan Type putus. Sungguh keji bukan? Tapi, tindakan ekstrim itu tidak diberikan background yang kuat.
Kita tidak tahu apa pemicu Lhong begitu menyukai Tharn. Kita juga tidak tahu kapan dan dimana Lhong bertemu Tharn. Dan yang paling menyebalkan, karakter Lhong ini dibebaskan. Dia hanya merasa bersalah dan pergi dari kehidupan Tharn. Hmm.. menurutku kurang adil sih.
Namun, setidaknya kita tahu sedikit tentang karakter Lhong. Dia ini ternyata anak yang butuh perhatian. Kakak dan orang tuanya selalu bepergian ke luar negeri, hingga dia merasa tidak disayang. Kemudian, dia bertemu Tharn yang super soft boy, perhatian kepada semua orang terutama orang terdekatnya termasuk sahabatnya.
Mungkin alasan itulah yang menimbulkan rasa cinta Lhong pada Tharn. Sayangnya, kita tidak diberikan kilasan masa lalu tentang kedekatan Tharn dan Lhong.
Entah perhatian seperti apa yang sudah diberikan Tharn pada Lhong hingga membuat Lhong begitu tergila-gila pada Tharn. Tapi, tenang saja, semua ini dijelaskan dalam episode spesial Lhong, kok.
Baca Juga: Review Lakorn Cutie Pie
Sinematografi Standar dengan Akting Memukau
Ya, sudah enggak heran lagi kalau sinematografi dari GMMTV memang selalu berada di batas 'standar' bahkan cenderung biasa saja. Namun, pergerakan kameranya cukup dinamis walaupun kurang neat dan rapi.
Tapi, sinematografi TharnType masih bisa dimaafkan mengingat ini drama santai bukan fantasi atau action yang membutuhkan banyak efek. Bahkan, drama ini juga enggak perlu menampilkan sisi estetik ala Cupid's Last Wish, karena TharnType mengangkat ide cerita yang cukup suram.
Meski tampilan sinematografi terkesan biasa saja, aku mau mengapresiasi para pemainnya. Jujur saja, Mew dan Gulf yang bertindak sebagai Tharn dan Type bisa menampilkan akting yang sangat bagus.
Aku suka bagaimana Mew membawakan karakter Tharn yang begitu maskulin, manly, dan soft di saat bersamaan. Sungguh tipe pria ideal yang akan disukai banyak orang!
Sedangkan Gulf yang berperan sebagai Type juga perlu diapresiasi! Type digambarkan sebagai pria yang mudah tersulut emosi. Semua masalah pasti dia hadapi dengan emosi atau bogeman mentah. Hebatnya, Gulf menampilkan karakter Type dengan porsi yang pas dan tidak berlebihan.
Memang terlihat menyebalkan, tapi justru itulah keberhasilan Gulf membawakan karakter Type. Aku kesal dengan Type, tapi di sisi lain aku juga bisa mengerti keadaan Type yang penuh emosi. Apalagi ekspresi Gulf tidak pernah lepas mengerenyitkan kening hingga kedua alisnya tampak akan menyatu.
Lalu, untuk para pemain pendukung, aku sangat suka dengan Techno yang diperankan oleh Mild. Tanpa karakter komedi seperti Techno, mungkin drama TharnType akan terasa sangat melelahkan, mengingat isinya banyak makian juga perdebatan antara Tharn dan Type.
Namun, setiap kali Techno muncul, rasanya seperti angin segar, memberi jeda sebentar untuk penonton dengan tingkah konyolnya. Semua itu kesan komedi itu dapat disalurkan dengan sangat baik oleh Mild. Good job!
Baca Juga: Review Lakorn A Tale of Thousand Stars
Mungkin TharnType bukanlah drama untuk semua orang. Menurutku, ini adalah drama BL yang punya penonton khusus. Pertama, ide ceritanya sangat ekstrim. Bagi yang memiliki trauma, mungkin drama ini bakal bikin penonton mual.
Kedua, drama ini cukup sering menyajikan adegan vulgar 18+ yang tidak layak ditonton remaja atau pun anak-anak. Jadi, jika kamu mau menonton TharnType, sebaiknya sudah cukup umur, ya! So far, aku bisa menilai ini drama BL yang bagus. Dan, drama ini dilanjut pada musim ke-2 lho!
idenya cukup menarik nih. mengingat selama ini drama BL thai kebanyakn fokus pada hubungan para gay. lah ini ternyata mengangkat sudut pandang berbeda dari orang yang tidak menyukai gay. oke, noted
ReplyDeleteTrauma yang ga akan mungkin terlupakan nih berbagai kisah menyedihkan. Apalagi soal perkosaan pada anak oleh orang paruh baya duuh miris sekali. Sepertinya ini drama khusus dewasa ya. Kalau anak-anak sebaiknya jangan nonton dulu :) TFS.
ReplyDeleteNggak suka gay karena trauma, tapi ujung2nya malah jatuh cinta sama gay.
ReplyDeleteTapi kasus peekosaan tuh bingung sih ya kalo mau lapor, kudu banyak saksi dan ada bukti pula
Biasanya korban pemerkosaan itu perempuan tp ternyata cowok juga bisa, salut banget sama yg nulis script nya atau yang punya ide cerita begini memadu padankan isu sosial dengan cerita yg apik, kata temanku yg pernah nonton juga katany keren filmnya kak. Dari review kk tergambar jelas sih. Tp, in khusus 18+ belum bisa dibawah umur.
ReplyDeleteBelum pernah nonton drama selain korea. Drama BL Thai memang sering angkat kisah LGBT ya mbak?
ReplyDeleteIni angkat tema eljibiti berarti ya. Jujur cerita di awal bikin emosi emak-emak seperti saya, nih. Apalagi kasus pelecehan anak di Indonesia juga makin marak akhir-akhir ini
ReplyDeleteIya trauma pelecehan saat kecil membekas hingga besar ya seperti temanku yang akhirnya berani curhat dan dapat bantuan ahli hingga bisa pulih...
ReplyDelete