Review & Sinopsis Drakor Squid Game, Bertaruh Nyawa Demi Uang!
Bagi orang yang memiliki terlalu banyak uang, setiap hal yang dibeli, dimakan, dan diminum akan membosankan pada akhirnya, tidak ada kesenangan lagi.
Dunia ini keras. Semua serba sulit. Tidak akan ada yang peduli betapa susahnya hidupmu, yang terpenting kau harus membayar utang! Iya, aku terlilit utang dengan para rentenir kejam. Salahku memang, menunggak pembayaran berbulan-bulan.
Tetapi, bukan berarti nyawaku tidak berharga. Namun, semua itu berubah ketika seseorang yang aku temui di stasiun memberikan penawaran menarik. Dia hanya memintaku untuk memainkan permainan masa kecil. Jika menang, aku bisa mendapatkan uang puluhan miliar. Menarik, bukan?
Memang sangat menggiurkan. Aku memutuskan untuk mengikutinya tanpa tahu bahwa nyawa adalah taruhannya. Inilah kisahku dan para pemain Squid Game!
WARNING! Artikel mengandung spoiler.
- Tayangan: Netflix (link nonton Squid Game)
- Genre: Action, Thriller, Mystery, Drama
- Tanggal Rilis: September 2021
- Jumlah Episode: 9
- Durasi Per Episode: 1 jam
- Pemain: Lee Jung Jae (Seong Gi Hoon / "No. 456"), Park Hae Soo (Cho Sang Woo / "No. 218"), Jung Ho Yeon (Kang Sae Byeok / "No. 067"), Wi Ha Joon (Hwang Jun Ho), Oh Young Soo (Oh Il Nam / "No. 001")
Sinopsis
"Ini uang. Belilah makanan yang lezat untuk cucuku."
"Uang segini mana bisa beli makanan enak?"
"Ga-Yeong suka ayam goreng. Uang itu lebih dari cukup untuk beli ayam goreng."
Ibu berlalu meninggalkanku yang sibuk memakan sarapan. Menu sederhana pagi ini, hanya ada kimchi, nasi, dan sup. Perkenalkan, namaku Seong Gi-Hun. Setelah bercerai dari istri, aku tinggal bersama ibuku.
Jujur saja, aku bukan orang yang rajin. Dulu aku pernah bekerja, tetapi sudah tidak lagi. PHK, begitu mereka menyebutnya. Dan untuk saat ini, aku menganggur. Kegemaranku tentu saja berjudi di pacuan kuda. Jika kau bertanya darimana uang untuk berjudi? Dari ibuku.
Tidak, tidak. Sebenarnya aku sering mencuri uang dari ATM ibuku. Dia tidak pernah mengomeliku, namun hari ini dia mengganti PIN ATM-nya. Hal ini membuatku sangat frustasi karena arena pacuan kuda sudah hampir dimulai!
"Jadi, kau punya uang tidak? Ibumu mengganti PIN-nya!" bentak temanku dengan muka gelisah dan tidak sabar.
"Sebentar!" aku semakin meninggikan suara.
Aku mencoba menekan enam angka. Namun... TET TOT! Masih saja gagal. Biasanya ibuku akan menggunakan tanggal lahir anaknya sebagai PIN ATM. Mengapa sekarang tidak? Oke, aku coba lagi menggunakan tanggal lahir cucunya.
TRINGGG!
Akhirnya berhasil. Aku menggasak hampir semua uang yang ada di dalam ATM ibu. Segera saja aku berlari menuju arena pacuan kuda. Kemudian, membeli beberapa nomor yang aku yakini bisa menang dalam perjudian kali ini.
Hari ini memang hari keberuntunganku. Nomor kuda yang aku pilih ternyata keluar sebagai pemenang. Lumayan, aku bisa mendapatkan empat juta won hari ini. Ibu pasti bangga, pikirku. Saat pulang, sayangnya uang itu dicopet. Sialan, ternyata ini bukan hari keberuntunganku.
Hanya tersisa sepuluh ribu won. Uang ini hanya bisa membeli tteokpoki untuk Ga-Yeong, anak perempuan semata wayangku yang kini tinggal dengan ibu dan ayah tirinya. Aku merasa bagai pecundang tidak berguna. Apalagi ketika mendengar Ga-Yeong akan pindah ke Amerika bersama keluarga barunya.
Sungguh, aku sedih. Namun, apa yang bisa aku perbuat? Ibu bilang, jika aku ingin membuat Ga-Yeong tetap di Korea maka aku harus membuktikan finansial yang stabil. Itu sulit. Sungguh sulit, jadi aku memutuskan untuk menyerah. Dilanda kegelisahan dan kesedihan yang luar biasa, tiba-tiba pria ini muncul.
"Mau main denganku? Aku akan memberikan seratus ribu won setiap kali kau menang." pria berjas itu berucap kemudian duduk tepat di sampingku sembari membawa koper ala orang kantoran.
Sungguh tawaran yang menggiurkan. Oke, hanya permainan anak kecil. Aku bisa menjadi pemenang jika kertas itu bisa terbalik dengan sempurna saat aku melemparnya dengan kertas lain. Mudah!
PLAK.. PLAK.. PLAK.
Gagal dan gagal lagi. Setiap kalah, pria itu menamparku satu kali di pipi. Memalukan, tapi aku butuh uang. Kemudian, aku mencobanya lagi beberapa kali. Akhirnya aku menang! Sungguh menyenangkan. Kali ini aku selalu menang hingga bisa mendapatkan sekitar lima lembar uang seratus ribu won.
Sebelum aku berpisah dengan pria itu, dia memberikan sebuah kartu nama. Dia bilang, aku bisa mendapatkan puluhan miliar jika menang dalam semua permainan. Sungguh tawaran yang sangat menggiurkan.
Aku pulang sembari membayangkan bermandikan uang puluhan miliar won. Pasti sangat menyenangkan hidup menjadi orang kaya raya. Aku bisa mengambil hak asuh Ga-Yeong. Aku bisa membeli toko di pasar agar ibu bisa berjualan dengan nyaman. Yang paling penting, aku bisa membayar semua utang!
Tanpa berpikir panjang, aku menelepon nomor yang tertera di kartu nama dari pria yang sebelumnya mengajakku bermain.
"Aku mau ikut bermain"
Ucapan final itu langsung membawaku ke pinggir jalan. Tiba-tiba, mobil Van mendekatiku. Aku diminta masuk dan duduk. Kemudian... senyap... aku tertidur. Tidak, lebih tepatnya mereka membiusku. Setelah efek bius itu hilang, aku terbangun di sebuah kasur seperti kasur penjara.
Banyak orang di sini. Ternyata ini yang dimaksud pria itu, bermain dengan melawan semua kontestan yang hadir di ruangan luas penuh dengan kasur. Jumlah pemain ada 456 orang. Yang mengejutkan lagi, ternyata angka 456 itu bertengger manis di kaos serta jaketku.
Entah kapan aku mengganti pakaian, tapi semua outfit di sini sama. Yang membedakan hanyalah angka saja. Lalu, kami, semua para peserta diminta berkumpul di bagian tengah. Ada petugas aneh dengan wajah ditutup topeng bergambar kotak, segitiga, dan bulat.
Kami tidak tahu siapa mereka, tapi mereka menginstruksikan untuk bersiap main. Kami semua digiring menuju ke luar ruangan. Namun, di luar ruangan sungguh lebih mengejutkan.
Bukan, kami tidak benar-benar ke luar ruangan, hanya masuk ke ruangan lainnya dengan dinding berwarna-warni yang sangat cerah. Menimbulkan kesan ceria seperti di sekolah taman kanak-kanak.
Lalu, kami berjalan berbaris menuju pintu. Saat pintu-pintu itu dibuka, kami melihat sebuah lapangan luas. Di seberang sana, ada boneka perempuan sangat tinggi dan besar. Boneka perempuan itu memiliki kepala besar, mengenakan rok lengkap dengan sepasang kaus kaki warna putih dan sepatu ala anak-anak.
Rambutnya diikat dua. Begitu lucu dan menggemaskan. Tetapi, itu awalnya saja. Ternyata boneka itu pembunuh! Ketika permainan Lampu Merah, Lampu Hijau dimulai, setiap kali ada peserta yang bergerak saat lampu merah, dia ditembaki. Boneka itulah yang memantau pergerakan kami.
Kami harus bertahan hidup tanpa ditembak. Selama beberapa detik, kami diam saat lampu merah. Kemudian kami akan lari terbirit-birit ketika lampu hijau. Jika sudah sampai garis finish, barulah peserta dianggap berhasil memainkan permainan ini. TANPA DITEMBAK! INGAT ITU.
Permainan gila. Setelah permainan ini selesai, semua peserta protes. Mereka memohon untuk tidak melanjutkan permainan berikutnya. Namun, semua terdiam saat mengetahui jumlah uang yang akan diberikan untuk peserta yang berhasil hidup sampai akhir permainan. Empat puluh miliar won lebih!
Aku mulai berpikir. Haruskah kami tetap melanjutkannya? Atau, merelakan uang empat puluh miliar won itu? Tetapi, hidup di luar sana dengan dikejar rentenir juga mengerikan. Bagaimana ini?
Padat, Rapi, dan Jelas
Setiap kali nonton drama, menurutku yang paling penting adalah alurnya. Alur cerita adalah salah satu penentu, apakah penonton akan melanjutkan ke episode berikutnya atau tidak. Bagusnya, Squid Game ini punya alur yang tertata rapi dengan menggunakan metode yang linear.
Di episode awal, penonton bakal langsung disuguhkan oleh karakter utama. Kalian akan berkenalan dulu dengan karakter Gi-Hun, mulai dari sikapnya, sifatnya, pembawaannya, hingga kebiasaan sehari-harinya.
Di episode berikutnya, penonton bakal disuguhkan karakter lain dengan latar belakangnya masing-masing. Nah, pengenalan latar belakang untuk setiap karakternya sangat pas, tidak ada yang berlebih atau kurang. Karakter pendamping juga tidak dominan, namun tetap mendapatkan porsi screentime yang pas.
Yang lebih hebatnya lagi, menurutku adalah semua masalah yang ada di Squid Game bisa diceritakan secara singkat, jelas, padat, dan rapi. Padahal, drama ini punya banyak karakter. Setiap karakternya pun punya permasalahan yang beragam dan kompleks.
Namun, Squid Game bisa memadatkannya dengan jumlah sembilan episode. Menurutku ini adalah drama Korea yang singkat karena biasana drakor punya minimal enam belas episode. Dengan jumlah episode yang cenderung minimalis, Squid Game mungkin bisa dinikmati oleh penonton yang jarang nonton drakor.
Baca Juga: Review Drakor Taxi Driver
Akting Bukan Kualitas Kaleng-Kaleng
Jangan ragukan soal kualitas akting! Semua pemain di Squid Game punya totalitas akting yang jauh di atas rata-rata. Sebut saja seperti Lee Jung Jae yang menjadi pemeran utama sebagai Gi-Hun. Beliau ini sering bermain di drama-drama sebagai main role, meski mungkin kebanyakan orang baru mengenalnya lewat Squid Game.
Namun, jika kita lihat jejak karirnya di dunia perfilman, Lee Jung Jae sangat sering tampil di berbagai judul film besar. Contohnya adalah Hunt, Deliver Us From Evil, Svaha: The Sixth Finger, Along with the Gods: The Two Worlds, dan masih banyak lagi.
Lalu, ada aktor Park Hae Soo. Mungkin sudah tidak asing lagi dengan beliau. Sebab, Park Hae Soo ini sering tampil di drama-drama populer. Drama terbarunya saat ini adalah Money Heist Korea. Lalu, ada juga drama berjudul Prison Playbook yang sukses membuat pecinta drakor ketagihan.
Nah, selain dua pemain utama tadi yang memang punya banyak pengalaman berkating, ada satu pemain menarik. Dia adalah Jung Ho Yeon yang berperan sebagai Kang Sae Byeok. Squid game adalah pengalaman pertamanya berakting. Iya, ini drama pertama, dan Jung Ho Yeon belum pernah main di film mana pun!
Namun, kualitas aktingnya sudah sangat bagus, tidak seperti amatiran. Perannya dengan membawakan karakter Sae Byeok berhati dingin sangat pas! ekspresi wajahnya yang penuh dendam tanpa perlu effort mengerenyitkan kening terlalu dalam juga sangat bagus. Mari kita tunggu drama lain dari Jung Ho Yeon.
Moral Value yang Relate dengan Kehidupan
Siapa sih yang enggak butuh uang? Semua orang di dunia ini sepertinya butuh uang. Nah, uang menjadi masalah utama dalam Squid Game. Karena uang, semua peserta rela saling menuduh, memfitnah, hingga membunuh.
Permainan di Squid Game memang tampak sepele, hanya main kelereng, tarik tambang, dan permainan anak kecil lainnya. Tapi, kalau sudah disuguhkan oleh ancaman kematian dan diberi hadiah uang, semua sifat asli manusia keluar dengan sendirinya.
Contohnya adalah perbandingan antara karakter Gi-Hun dan temannya, Cho Sang Woo (Park Hae Soo). Di awal, mungkin kita akan membenci karakter Gi-Hun yang terkesan pemalas dan sering menyusahkan orang tua.
Namun, siapa yang menyangka, ternyata sifat Gi-Hun adalah salah satu yang terbaik dan paling manusiawi dengan rasa empati yang tinggi ketika dihadapi kematian dan uang. Dia tidak pernah membunuh siapa pun. Bahkan, Gi-Hun terlihat membantu peserta lain.
Tetapi, hal itu berbanding terbalik dengan Sang Woo. Dia awalnya diberi karakter sebagai 'malaikat.' Sosok pria tegas, cerdas, dan bahkan sangat memedulikan ibunya. Sungguh anak berbakti, semua orang kagum padanya.
Sayangnya, ketika dihadapi uang dan kematian, dia menjadi sangat serakah. Ternyata sifat asli Sang Woo sangat egois dan hanya mementingkan diri sendiri. Dia bahkan tega membunuh Sae Byeok hanya karena tidak tahan melihat Sae Byeok yang menderita akibat luka tusukan di perutnya.
Baca Juga: Review Drakor The Good Detective
Moral Value pertama yang aku dapatkan adalah, uang dan kematian bisa membuka semua sifat asli manusia! Aku bisa mengerti bagaimana mengerikannya manusia ketika sudah ditelan oleh sifat egois dan keserakahan.
Lalu, moral value yang kedua: kekayaan ternyata tidak selalu membawa kebahagiaan. Ini terlihat dalam episode terkahir, ketika dalang dari Squid Game terungkap. Ternyata yang membuat Squid Game adalah orang kaya yang merasa bosan.
Dia sendiri yang mengatakan bahwa orang kaya kadang sulit menemukan kesenangan sehingga mencari kesenangan lain. Bagi mereka, menghabiskan uang dan mendapatkan uang itu mudah, namun mendapatkan kesenangan yang absolut adalah hal yang sulit.
Sungguh miris, ketiak orang kalangan kelas bawah harus bertaruh nyawa demi uang, justru orang kelas atas menghamburkan uang demi kesenangan. Mungkin rasa kemanusiaan seseorang sudah semakin terkikis. Tapi.. memang inilah yang terjdi dalam kehidupan nyata, kan?
Jika aku boleh bilang, Squid Game adalah salah satu drama yang mendekati kata 'sempurna.' Sulit menemukan kekurangan dari drama ini. Sekarang, tinggal kembali ke selera masing-masing saja. Untuk yang kurang doyan adegan berdarah yang menjijikan, mungkin ini bukan drama yang tepat.
Tapi, kalau ingin mencari sensasi drama thriller dengan tone warna yang cerah ala tembok di sekolah TK, Squid Game bisa jadi tontonan yang menghibur. Meski sinematografinya terkesan cerah, drama ini sangat tidak disarankan untuk ditoton oleh anak-anak, ya. Cerita dan tampilan gore-nya kurang cocok untuk anak-anak.
Saya ga nonton full movie nya tapi keren banget buat ide film ini sampelai bisa booming ya
ReplyDeletewihhh seru juga ternyata filmnya. jadi liat untuk mengisi liburan ah.
ReplyDeleteAku belum nonton cerita squid game yang lagi viral nih. Bener juga sih ya saking kebanyakan uang lama2 kesenangan bisa habis, ga terasa lagi. Kematian dan uang jadi beda tipis. Itulah sifat manusia yang kepengen merasakan/ memiliki segalanya.
ReplyDeletesaya sepakat deh bahwa uang tuh bisa merubah orang sedemikian rupa, dan kekayaan ngga selalu bikin bahagia karena ada tuh orang kaya banget saking kayaknya jadi yg bosan dan gabut, jadi malah absurd yak. malah kejahatan yng dilakukannya lebih serem dan kadang ga masuk akal.
ReplyDeletebagus ceritanya kak, disaat orang kaya menghamburkan uang dan orang miskin mati2an bekerja untuk mendapatkan uang, itu real di dunia nyata, kalau ada drakor model gini memang bisa jadi intropeksi diri bahwa syukur itu harus diperbesar dlm keadaan apapun
ReplyDeleteReviewnya komplit, jadi bikin penasaran dengan Filmnya, ternyata banyak hal yang bisa kita terapkan dalam kisar nyata kita..... Terima kasih sudah berbagi
ReplyDeletekalau diperhatikan, sebenarnya cerita di squid game ini seperti gambaran antara kelas atas dan kelas bawah, agak ngilu sebenernya ketika orang-orang yang butuh uang ini seolah rela ikut "permainan nyawa" untuk mendapatkan uang. dari akting para pemainnya aku suka banget, menghayati dan aku sampe kebawa suasana wkwkw apalagi pas adegan ditampar itu
ReplyDeleteWah saya belum nonton. Filmnya keren ternyata, ada moral value yang nyata seperti kehidupan sekarang. Semoga kesempatan liat nantinya. hehe.
ReplyDeleteMakasih reviewnya, Mbak
Aku baru nonton episode satu terus entah kenapa berhenti ya apa karena deg-degan dengan adegan permainannya yang mencekam buat jantung huhu pengen lanjutkan lagi deh penasaran
ReplyDeleteBelum nonton tapi tahu jalan ceritanya saking banyaknya yang spoiler di medsos itulah squid game haha, fenomenal banget ya berharap ada film Indonesia yang sebeken ini di luar negeri
ReplyDeleteBelum nonton... tapi baca review ini jadi merasakan keseruannya.
ReplyDelete