Review The Gifted Season 1, Anak Spesial dengan Perlakuan Istimewa
Pernahkah kau bertanya, kenapa sekolah hanya tertarik pada siswa yang luar biasa tanpa memikirkan penderitaan kita sebagai muridnya?
Lihat pin yang ada di saku sebelah kanan? Di sana tertera sebuah angka romawi VIII, artinya aku berada di kelas paling buruk di sekolah Ritdha Wittayakom. Iya, paling buruk dalam hal apapun. Intinya nilaiku jelek, di bawah rata-rata.
Semua anak yang punya nilai jelek, otomatis masuk ke kelas paling bucit. Paling belakang. Paling tidak dihargai. Fasilitas paling jelek. Makanan kantin yang tidak enak, WiFi lemot, kamar mandi jorok! Memuakkan memang. Tapi, aku Pang akan naik ke kelas I. Kelas yang paling diidam-idamkan.
Tidak.. Tidak.. kalau perlu aku akan masuk kelas The Gifted. Kelas paling istimewa di Ritdha Wittayakom. Kelas yang hanya berisikan segelintir siswa pintar dengan nilai ujian sempurna. Oke. Aku memutuskan untuk masuk ke kelas itu. Nantikan aku di kelas The Gifted!
WARNING! Artikel mengandung spoiler.
- Tayangan: YouTube GMMTV Official (link nonton The Gifted S1)
- Genre Film: Thriller, Mystery, Youth, Supernatural
- Tanggal Rilis: Agustus 2018
- Jumlah Episode: 13
- Durasi Per-episode: 55 menit
- Pemain: Nanon Korapat Kirdpan (Pang/Parawet), Chimon Wachirawit Ruangwiwat (Wave), Lilly Nichapalak Thongkham (Namtarn), Gun Atthaphan Phunsawat (Punn), Jane Ramida Jiranorraphat (Claire), Fiat Pattadon Janngeon (Supot), Puimek Napasorn Weerayuttwilai (Mon), Fiat Pattadon Janngeon (Korn).
Sinopsis The Gifted Season 1
"Hai Pang, ternyata sekarang kau pakai trik Parasut Telur, ya?"
Kaget, muka ku tidak bisa mengontrol betapa terkejutnya saat Nack tiba-tiba muncul. Anyway, aku sedang sibuk mencari HP yang ku lempar sendiri dengan parasut kecil. Sebenarnya, HP itu disita oleh guru. Karena aku sangat ingin HP-nya kembali, dengan nekat maka HP itu ku lempar dari lantai dua sekolah. Tapi... HP-nya sudah dibekali dengan parasut hehe..
Kebetulan, yang menemukan HP itu adalah Nack, sahabatku. Kami berdua adalah teman sekamar di asrama sekolah. Terimakasih Nack, karena dia memilihku sebagai room mate-nya. Nack berhak memilih teman sekamarnya, siapa pun itu, karena dia berasal dari kelas I. Sedangkan aku, hanya siswa kelas VIII yang isinya anak-anak bodoh saja.
Perbedaan kelas I dan VIII sangattttttt tidak adil. Anak kelas I bisa makan siang duluan, makanannya enak-enak. Fasilitas mereka lebih lengkap. Aku ambil contoh, WiFi. Kecepatan internet untuk kelas I dan VIII jauh berbeda. Malah kadang anak kelas VIII nggak dikasih WiFi sama sekali. Nyebelin, kan?
Aku harus menghentikan ketidakadilan ini! Mumpung sebentar lagi ujian, aku akan belajar dengan giat demi naik ke kelas I. Kalau perlu masuk kelas The Gifted!! HARUS.
Motivasiku untuk naik ke kelas pun semakin membara sejak kejadian siang itu. Aku coba berpura-pura menjadi anak kelas I agar bisa menikmati masakan kantin yang fresh. Namun...
"Tunggu. Mana Pin kamu? Kamu dari kelas mana?"
Diam, aku hanya bisa mengatup bibirku rapat-rapat. Aku memang sengaja tidak memakai Pin demi menikmati makanan enak.
"Bersihkan dulu sebelum pergi."
Ucap anak laki-laki dengan Pin pertanda "I" itu menghampiriku. Dia menatap dengan tatapan meremehkan. Ini warning, aku harus pergi sebelum ketahuan.
"Tidak apa-apa, hanya tumpah sedikit." Ucapku terburu-buru ingin kabur. Namun...
"Maksudku, berishkan makanan tumpah yang ada di kakiku."
Aku mencoba tidak peduli dan tidak membalasnya. Mulai dengan satu langkahan kaki, lalu langkah kedua pun... BRUKKKKK!! Badanku tersongkor di atas lantai. Semua makanan yang aku dapatkan susah payah berhamburan di lantai. Emosi sangat memuncak, segera saja aku langsung bangkit.
Kemudian aku tarik kerah si anak berkacamata itu dengan kedua tangan. Aku sangat menahan diri untuk tidak melayangkan tinju pada wajahnya. Untunglah Nack melerai kami berdua. Ternyata anak berkacamata itu namanya Wave. Dia adalah teman satu kelas Nack di kelas I. Sangat sombong karena dia merasa siswa paling pintar.
Setelah kejadian itu, Aku dan Nack pun berencana untuk naik ke kelas The Gifted. Nack bahkan punya rencana gila dengan mencuri soal ujian. Aku khawatir, tindakan mencuri soal itu ketahuan. Tapi... saat ujian berlangsung pun tidak ada yang menegur kami berdua.
Aku jadi semakin ragu. Hingga akhirnya, ku putuskan untuk tidak melihat hasil jawaban dari Nack. Semua soal itu ku kerjakan sebisanya, meski sebenarnya aku tidak mengisi apapun hahaha...
Cukup lama aku hanya menatap kertas kosong. Ku kira ujian sudah selesai. Ternyata.... NGINGGGGGGGGG. Suara speaker sangat memekakkan telinga. Astaga, apa yang terjadi?!
"Pertanyaan terakhir adalah pertanyaan subjektif. Pertanyaannya, dengan teknologi saat ini, manusia tidak lagi sesuai dengan teori seleksi alam Charles Darwin. Apa kalian setuju?"
Aku menatap sekeliling. Teman-teman masih sibuk mengerjakan soal ujian. Mereka terasa normal. Tapi, suara apa itu? Pertanyaan apa itu? Ada apa ini? NGINGGGGGGGGGGGG.. Suara itu.. apa?
"Tulis pendapat kalian di bagian belakang lembar jawaban."
Sesuai instruksi yang ku dengar dari speaker tadi, akhirnya ku tuliskan pendapatku di bagian belakang lembar jawaban. Selesai dengan ujian tadi, aku pun kembali ke asrama.
Hari berikutnya, inilah hari penentu kelas. Aku tidak berharap banyak. Toh aku tidak menjawab pertanyaan dengan benar. Contekan dari Nack pun aku hiraukan. Mari kembali lagi soal pengumuman ujian penentu kelas. Saatnya aku melihat hasil ujian di mading sekolah.
Melihat dari kelas paling bawah.... Hm... Nama "Parawet" tidak ada. Oke lanjut ke daftar kelas berikutnya... Aku masih belum menemukan nama "Parawet." Mulai heran, hingga akhirnya seorang cewek teman sekolahku mengatakan:
"Hai, kau Parawet?" Dia menyebutkan nama lengkapku. Siapa dia? Aku tidak mengenalnya.
"Selamat. Sampai bertemu di kelas The Gifted."
Ucapannya bikin aku bingung. Segera saja aku melihat daftar nama di kelas The Gifted, dan benar ada nama Pawaret di sana! Bagaimana bisa? Aku.. tidak menyangka. Berkat pengumuman kelas ini, aku pun bermusuhan dengan Nack. Ia menyangka aku curang. Tapi itu bukan mauku!
Karena sekarang aku siswa The Gifted, kamar asrama ku pun pindah. Tidak lagi bersama Nack. Itu pun membuat Nack kesal. Aku mendapatkan ruangan seperti apartemen. Satu ruangan berisi dapur, kamar mandi, ruang belajar, ruang makan, semuanya untuk aku sendiri.
Besok pagi adalah hari baru. Aku masuk ke kelas The Gifted yang hanya ada 10 orang, termasuk aku sendiri. Ke sepuluh orang di kelas adalah anak-anak dari kelas teratas, entah itu kelas I, II, atau III. Hanya aku siswa dari kelas VIII. Aku heran, padahal sepertinya hasil ujianku buruk. Kenapa aku bisa masuk kelas The Gifted?
Ternyata pertanyaan itu pun terjawab dengan sendirinya. The Gifted bukan kelas anak-anak pintar, tapi anak-anak berbakat. Kami satu kelas di sini punya bakat masing-masing. Wave jago mengendalikan teknologi apapun hanya dengan menyentuhnya. Namtarn, bisa mengetahui masa lalu seseorang hanya dengan menyentuh benda saja.
Ohm, dia bisa menghilangkan benda apapun, termasuk menghilangkan seseorang. Claire punya bakat unik bisa membaca aura seseorang hanya dengan mata telanjang. Punn yang paling keren, dia bisa mempelajari apapun dengan hanya melihat seseorang melakukannya, entah itu melukis, main musik, olahraga, apapun itu.
Si kembar Jack dan Jo, punya bakat saling terkoneksi satu sama lain. Jika Jack dipukul maka Jo akan merasakan pukulan itu juga. Lalu, ada Korn dengan kemampuannya menahan untuk tidak tidur. Astaga, dia tidak bisa tidur sama sekali, membuatnya bisa mengelola waktu sebaik mungkin. Dan, jangan lupakan Mon. Dia punya bakat berfisik sangat kuat. Tidak ada yang bisa mengalahkannya!
Lalu... Aku? Apa bakatku? Pak guru, Pom, mendesakku untuk mengetahuinya sesegera mungkin. Desakan itu pun datang dari kepala sekolah, Pak Supot. Kenapa mereka begitu ingin tahu bakat semua anak? Kenapa kami diberi segala fasilitas yang ada? Kenapa kami dimanjakan bagai raja dan ratu di sekolah?
Ternyata.. semua ini adalah konspirasi sekolah dengan kementrian. Mereka ingin sistem ini terus ada tanpa peduli murid merasa tersakiti. Dan, kami para The Gifted hanyalah 'pasukan' yang akan dimanfaatkan dan dijual oleh sekolah pada Negara.
Aku sangat menentang ini!! Dan aku akan melawan meski itu sulit.. doakan aku dan teman-teman di The Gifted agar bisa meruntuhkan sistem sekolah yang tidak masuk akal. Agar tidak ada lagi anak-anak yang dimanfaatkan seperti kami. Agar tidak ada lagi siswa yang dijual demi kepentingan orang dewasa.
Baca Juga: Review DraKor Hometown
Plotwist yang Selalu Berhasil bikin Kaget
To be honest, aku adalah salah satu penikmat series BL (Boys Love) produksi Thailand. Bukan rahasia umum lagi, ya, kalau Thailand memang sering dan banyak banget series BL-nya. Namun ternyata, Thailand juga punya hidden gems selain series BL-nya yang terkenal.
Salah satunya The Gifted ini. Tenang saja, di sini nggak ada cerita tentang Boys Love atau Girls Love. Semua karakter di sini straight. Kalau pun ada, paling hanya bromance nggak sampai pacaran. Jadi, The Gifted bakal lebih ramah ditonton untuk semua kalangan.
Nah, yang lebih spesialnya lagi adalah ide ceritanya. Selama ini, aku banyak nonton drama Thailand dengan premis yang... ya... biasa saja. Bahkan, ceritanya mudah ketebak tanpa perlu nonton keseluruhan ceritanya. Tapi, hal itu nggak bisa dilakukan lagi ketika nonton The Gifted.
Premisnya tentang anak-anak berkekuatan spesial di sekolah Ritdha Wittayakom. Mereka diberikan fasilitas terbaik di sekolah. Makanan terbaik, kamar terbaik, kelas terbaik, diberi kebebasan apapun, sehingga bikin siswa-siswa lain iri.
Too good to be true, tentu saja semua hal tadi nggak gratis. Ternyata kekuatan yang mereka miliki dimanfaatkan oleh pihak sekolah. Nah di sini plotwist pertama dimunculkan. Awalnya, pihak sekolah seolah tokoh protagonis yang selalu memikirkan siswa-siswa The Gifted. Tapi ternyata tidak.
Plotwist selanjutnya tentang kepala sekolah. Sosok Supot (KepSek) digambarkan begitu tenang, nada bicaranya kalem dengan nada yang rendah. Ia dengan hebatnya bisa memupuk kepercayaan pada lingkungan sekitarnya dengan karakter lembut seperti itu.
Tapi di balik itu semua, ternyata Supot adalah biangkerok dari semua permasalahan di sekolah, khususnya untuk anak-anak The Gifted. Dialah yang menjual anak-anak The Gifted ke pemerintah untuk dijadikan pasukan khusus.
Dan yang paling mengejutkan, Supot punya banyak akal sehingga Pang dan teman-temannya nggak bisa melawan. Dia pintar, cerdas, dan licik. Ditambah lagi, ternyata Supot adalah salah satu orang yang punya kekuatan super seperti anak-anak The Gifted.
Semua itu diperparah dengan fakta bahwa kekuatan Supot adalah yang terbaik dan sulit untuk dikalahkan. Nah, kejutan-kejutan seperti tadi itu dijejalkan ke penonton dengan cara yang smooth. Penonton bakal digiring untuk beropini, tapi semua opini itu dipatahkan dengan plotwist yang mengesalkan.
Ini adalah hal yang terbaik dan paling memorable dalam drama The Gifted!! I will re-watch again and again, never getting bored with this drama!!! ✊
Baca Juga: Review Film Forgotten
Para Pemeran yang Menganggumkan!
Cerita di The Gifted nggak akan berhasil jika tidak diperankan oleh aktor-aktor yang menganggumkan. Padahal, aktor dan aktris yang ada di The Gifted ini tergolong masih muda. Untuk pemeran utamanya ada Nanon Korapat Kirdpan sebagai Pang.
Nggak perlu lagi mempertanyakan kualitas akting Nanon. Dia ini udah punya jam terbang yang sangat tinggi. Kalau pernah nonton drama hits berjudul Hormones, Nanon pernah tampil di drama itu. Bukan hanya main di drama straight, dia juga bisa berperan untuk drama BL. Salah satunya adalah Bad Buddy.
Selain Nanon, sebenarnya banyak aktor muda yang biasa berperan di drama BL namun sangat menakjubkan ketika berperan di drama straight. Yang paling aku soroti adalah Gun Atthaphan Phunsawat sebagai Punn.
Pertama kali aku melihat penampilan Gun itu di drama BL berjudul Theory of Love. Awalnya sedikit skeptis dengan performanya. Tapi hal itu ditepis dengan mudah berkat kemampuan aktingnya luar biasa saat memerankan empat kepribadian sekaligus!
Iya, Gun di sini memerankan 4 kepribadian. Diceritakan, Punn (Gun) punya masalah kepribadian ganda. Alhasil, beberapa kepribadiannya sempat muncul dan mengacaukan kepribadian aslinya. Nah, di sini lah akting Gun ditonjolkan. Dia sanggup membawa 4 karakter berbeda dalam satu tubuh yang sama.
Emosi, penjiwaan, hingga ekspresinya benar-benar mindblow. Aku bisa melihat 4 kepribadian yang berbeda dari seorang Punn (Gun). Dan semuanya berhasil dibawakan dengan sangat baik oleh Gun. Good Job!!!
Selain Gun dan Nanon, sebenarnya semua pemain di The Gifted ini juga menakjubkan. Sebut saja Chimon Wachirawit Ruangwiwat, Lilly Nichapalak Thongkham, Jane Ramida Jiranorraphat, hingga sang kepala sekolah yang diperankan oleh Bird Wanchana Sawasdee.
Segala Kekurangan yang Masih Termaafkan
Aku sangat mengapresiasi drama The Gifted ini. Bahkan, menurutku ini adalah salah satu drama Thailand yang worth to watch. Tapi, bukan berarti The Gifted luput dari kekurangan, ya. Pertama, beberapa plothole yang hadir di dalam drama ini.
Aku penasaran, kenapa hanya orang tua Namtarn yang diperlihatkan dalam The Gifted? Sedangkan, orang tua murid The Gifted lainnya nggak pernah muncul sekali pun ke permukaan. At least, latar belakang keluarga Pang harus diperlihatkan meski hanya sekelibat saja.
Tapi, penonton nggak tahu alasan Pang bisa masuk sekolah Ridtha yang begitu populer dan nomor 1 di Thailand. Kita juga nggak disuguhkan informasi, apakah para orang tua siswa The Gifted tahu bahwa anak mereka punya bakat atau tidak. Ini agak mengganjal dan bikin penasaran.
Lalu, plothole kedua adalah siswi The Gifted pertama di sekolah Ridtha. Memang, mereka memberikan informasi siswi pertama The Gifted, serta perjalanannya menjadi siswi The Gifted. Dan yang mengganjal adalah... bagaimana nasib sang siswi pertama The Gifted itu sekarang?
Apakah ia juga dijual untuk negara? Atau... sekarang dia kabur? Atau.. ada cerita lain? Pertanyaan itu nggak terjawab hingga akhir episode. Yang ketiga, semudah itukah seorang Menteri Pendidikan datang ke sekolah hanya untuk mendengarkan presentasi dari Kepala Sekolah?
Aku rasa di sini agak kurang make sense. Sebab, sekelas Menteri biasanya punya jadwal yang amat padat. Mana sempat dia mendengarkan presentasi hanya dari satu sekolah? Kalau pun mau melihat presentasi itu, mungkin pihak sekolah lah yang mendatangi pihak Kementrian, bukan sebaliknya.
Kekurangan selanjutnya adalah soal sinematografi. Jujur saja, aku nggak terkesan dengan gambar yang ditampilkan di The Gifted. Semuanya biasa saja. Pemilihan tone warnanya pun standar. Pengambilan gambarnya juga tidak WOW.
Tapi, semua kekurangan yang tadi aku sebutkan tadi ternyata nggak memengaruhi cerita secara keseluruhan lho. Hebatnya, The Gifted ini bisa membuat penonton fokus dengan cerita dan misteri di balik ceritanya. Jadi, unsur-unsur kekurangan tadi nggak akan terlalu terasa. Penonton masih bisa sangat enjoy menikmati dramanya.
Sebagai penutup, aku sangat menikmati The Gifted. Bahkan, jumlah episode yang menurutku nggak banyak ini bikin betah untuk terus menontonnya. Premis ceritanya menarik, mengingatkan cerita fantasi dari anime Jepang. Tapi, sentuhan cerita di The Gifted masih terasa melokal ala Thailand.
Jadi, tertarik untuk nonton? Atau kamu udah nonton? Yuk, kita diskusi di kolom komentar! By the way, The Gifted ini melanjutkan ceritanya dengan judul The Gifted: Graduation!
Sekolahnya canggih, bisa mengatur samapai kecepatan internet untuk kelas I dan VIII jauh berbeda malah ada anak kelas VIII yang tidak dapat wifi ... wuih.
ReplyDeleteDinamika di sekolah selalu saja menarik untuk ditonton ya apalagi ada intrik terselubung di dalamnya.
Belum pernah nonton serial Thailand aku nih, tapi kayaknya ini menarik karena temanya pendidikan gitu ya, ntar kapan kalau senggang boleh ditonton nih, makasih reviewnya kak
ReplyDeleteAku pernah nih nonton bareng adikku rame rameeeee hahahaha adikku kebetulan suka dengan salah satu penontonnya. aku hanya bisa melongo sembari nanya nanya hihihi
ReplyDeleteWah dapat lagi rekomendasi film thailand yang menarik untuk ditonton nih. Save dulu aahhh, buat nonton nanti.
ReplyDeleteWah, film Thailand kan biasanya yang spooky2 ya. Ini ada yang beda tentang kelas The Gifted sepertinya seru banget ditonton. Ada edukasinya tapi ada juga misteri di balik ceritanya :)
ReplyDeleteBanyak intrik antar anak sekolah dan mungkin genk2an gitu ya hihihi. Urusan Wifi bisa disetting biar kelas lain ga dapat internetnya itu geli banget hahahah :D Buat me time cocok nih nonton drama Thailand.
DeleteDrama thailand memang gak kalah keren sama korea. Meskipun blum pernah nonton, tapi ngeliat review ini jadi tambah tertarik, Btw suka banget sama poster dramanya.
ReplyDeleteohh jadi ini film Thailand ya, kirain drakor apa film Korea gitu, pernah baca juga dengan judul yang mirip (eh apa sama ya?)
ReplyDeleteboleh juga nih kapan-kapan nontonnya :)
Wah... apik iki filmnya! Meski cuma baca sinopsisnya, tapi aku betah baca tulisan ini. Dan emang sih ya, film model gini kan emang ngaduk-aduk logika penonton. Ini beberapa celah bolongnya emang sayang ya nggak ditutup. Saya kalau jadi Mbak juga akan mempertanyakan nasib si murid generasi pertama.
ReplyDeletedrama Thailandnya bagus ini. aktornya imut-imut. ceritanya juga gak bikin jenuh. sebenarnya ini cerita yang sering kita alami juga sewaktu sekolah. hanya lebih drama saja. hehe.
ReplyDeleteDrama Thailand mulai banyak diminati ya. Patut dicoba ni karena selama ini bagi saya, film horor terlalu melekat di film film produksi Thailand. Hehehe.. thanks for sharing ya Kak
ReplyDeleteDrama Thailand tuh bagus-bagus dan beragam ya tinggal tunggu waktu bakal dapat perhatian dan pengakuan kayak drakor di mata dunia. . ah semoga Indonesia bisa segera menyusul..
ReplyDeleteFilm Thailand tak mau kalah keren dari drakor nih, ceritanya juga asyik. Mungkin Thailand juga mau sama drakor gitu... bisa menambah devisa negala kaleee
ReplyDelete