Review Alice in Borderland Season 1, Game yang Mengancam Nyawa


sinopsis alice in borderlanda

Aku akan hidup. Aku harus hidup. Aku akan menangkap mereka yang membunuh teman-temanku.

Bermain game. Salah satu kegiatan paling menyenangkan di dunia ini. Aku bisa menghabiskan 24/7 untuk bermain game. Dibanding mendengar celotehan ayah yang selalu membandingkanku dengan adik sendiri, lebih baik bermain game, kan?

Lagi pula, adik dan ayahku juga tidak akan peduli apa yang akan aku lakukan. Sejak kepergian ibu.... semua berubah. Tidak akan ada yang mengerti. Kecuali mereka berdua. Sahabat terbaikku, Chota dan Karube. 

Selain game, aku lebih suka menghabiskan waktu ku dengan mereka. Chota adalah pegawai kantoran di Tokyo. Uangnya selalu dihabiskan oleh ibunya yang terus meminta uang. 

Karube, dia hanya seorang pegawai di bar yang berselingkuh dengan pacar bosnya. Sedangkan aku? Pengangguran. Untunglah orang tuaku kaya raya HAHAHA. Tapi, kebahagiaan kami, persahabatan kami, tawa canda kami, keluh kesah kami, berubah menjadi horor sejak......

WARNING! Artikel mengandung spoiler.

  • Tayangan: Netflix (link nonton Alice in Borderland S1)
  • Genre Film: Action, Thriller, Sci-Fi
  • Tanggal Rilis: Desember 2020
  • Jumlah Episode: 
  • Durasi Per-episode: 50 menit
  • Pemain: Yamazaki Kento (Ryohei Arisu/Alice), Tsuchiya Tao (Usagi Aoiha/Rabbit), Murakami Nijiro (Chishiya Shuntaro), Morinaga Yuki (Segawa Chota), Machida Keita (Karube Daikichi), Miyoshi Ayaka (Rizuna An)

Sinopsis Alice in Borderland Season 1

sinopsis alice in borderland

"Ah... andai saja aku bisa pergi ke tempat asing."

Keluhku pada Chota dan Karube yang berdiri tepat di sampingku. Hari ini, cuaca sangat terik. Makanya, aku hanya mengenakan celana pendek dengan gambar pantai. Kaos polos berwarna hijau agak kebiruan dikit. Apa itu disebut tosca? Entahlah.

"Jika ada Zombi di Shibuya, buruk, kan? Orang yang digigit akan berubah menjadi zombie."

Pertanyaan konyol dari Chota. Kami bertiga pun menertawakan pernyataan konyolnya itu. Dan! Untuk penampilan Chota berbanding terbalik denganku. Chota mengenakan setelan rapi ala kantoran. Kemeja terang. Celana formal berwarna hitam. Rambut disisir rapi dan klimis. Ah, tidak lupa, kacamata bertengger di wajahnya.

"Tapi kau yang akan bertahan, Arisu."

Jawaban konyol dari Karube. Kenapa harus aku? Itu tanyaku. Dan dia dengan enteng menjawab tanpa pernyataan logis.

"Aku hanya yakin saja, kamu yang akan bertahan."

Ah ya sudahlah, terserah bagaimana pendapat Karube saja kalau begitu. Kami pun dengan cepat melupakan percakapan tadi. Karube sendiri masih dengan keukeuh dan yakin bahwa aku akan bertahan. Padahal dia mengatakannya dengan penampilan yang tidak meyakinkan.

Ekspresi seperti tidak peduli sambil merokok. Pakaian santai seperti sedang ke pantai. Kemeja sengaja tidak dikancing hanya memperlihatkan kaus dalam berwarna putih. Jangan lupakan celana pendek santai sepertiku. Itulah yang dikenakan Karube.

Setelah Karube selesai dengan acara menghisap nikotin di sela jemarinya, kami memutuskan untuk bersenang-senang. Tanpa aba-aba, Karube menggendongku. Meletakkan badanku di atas pundaknya. Ia berlari ke arah kerumunan Shibuya. 

Berlari terus berlari sambil menggendongku. Chota hanya tertawa sambil mengikuti kami. Aku hanya bisa berteriak-teriak. Kami bersenang-senang. Berkeliling di tengah Shibuya Cross yang seperti lautan manusia tak terbendung. Hingga.....

TTTTIIIIIIIIINNNNNN!!!!!!!!!!

Suara klakson muncul dari segala arah. Ternyata lampu sudah menunjukkan warna hijau. Artinya, jalanan harus dikosongkan. Pejalan kaki tidak boleh membanjiri jalanan Shibuya. Nanti kalau sudah berganti menjadi warna merah, barulah mereka boleh menyebrang. 

Karena terkejut ternyata lampu sudah hijau, kami bertiga kabur dan lari. Takut ditangkap polisi karena melanggar aturan, kami pun bersembunyi di balik bilik toilet umum. Iya di dalam hanya ada kami bertiga. Sengaja bersembunyi. Terkikik geli karena seperti seorang bocah yang dikejar-kejar orang tuanya. Namun...

TREKKK! BULP...

Lampu padam. Aneh. Kami bingung, dan segera keluar dari toilet karena merasa sudah aman. Saat keluar, betapa kagetnya kami ketika melihat pemandangan Shibuya yang kosong. Baru saja tempat ini seperti lautan manusia, sekarang seperti.... KOSONG tidak ada satu orang pun selain kami.

Kami berpencar. Berlari ke segala arah. Masuk ke semua gedung, pertokoan, rumah, dan bar. Tidak. Kami tidak menemukan seorang pun di sini! 

sinopsis alice in borderland

Aneh. Apa yang terjadi?! Setelah mencari, kami berkumpul lagi di Shibuya saat hari mulai gelap. Tiba-tiba, layar besar di hadapan kami menyala dengan terang dan bertuliskan:

SELAMAT DATANG PARA PEMAIN. PERMAINAN AKAN SEGERA DIMULAI SESAAT LAGI.

Apa-apaan ini? Kenapa ada main game? Setelah itu, kami pun melangkahkan kaki menuju sebuah gedung yang katanya 'tempat bermain.' Tentu kami penasaran, siapa tahu ada orang lain di sini, kan?

Oke, kami masuk ke dalam gedung. Melihat ponsel berjajar di meja. Kami langsung mengambilnya. Entah kenapa, ponsel itu katanya langsung mendaftarkan kami bertiga dalam sebuah permainan. Permainan apa? 

Kemudian, seorang wanita masuk juga. Dia diam. Tidak banyak bicara. Lalu, dia mengambil name tag Chota dan melempar ke arah masuk tadi dan ZZZTTTTZZZRTTT!! Name tag itu terbakar! Ternyata ada laser!!

Jadi... kita tidak bisa membatalkan permainan ini?! Oke.. kami ikut bermain. Tapi permainan ini gila. Kami diminta memilih salah satu dari dua pintu. Salah satu pintunya akan membuatmu mati! Jika salah memilih pintu, kita langsung dilaser. Kalau tidak memilih, kita akan dipanggang! Pilihan GILA.

Akhirnya, kami bisa menyelesaikan permainan itu. Setelah menghabiskan satu nyawa lainnya - entahlah siapa yang tewas dilaser tadi - kami mendapatkan 3 hari Visa untuk hidup di dunia aneh ini. 

Jika masa visa habis dan tidak diperpanjang maka kita akan dilaser MATI! Cara memperpanjang visa? Cukup bermain game mematikan seperti tadi. GILA KAN?

Permainan semakin sulit. Kali ini kami bertiga mendapatkan permaian HATI. Di sinilah akhirnya, aku berpisah dengan Karube dan Chota. Mereka mengorbankan nyawanya demi membuatkan tetap hidup. Di sinilah awal mulanya. Awal mula hidupku akhirnya punya tujuan. Aku akan menghentikan ini.

Akan aku balas orang yang membuat Karube dan Chota tewas. Akan aku pastikan selalu menang dalam permainan. Akan tiba saatnya aku berhadapan dengan orang sinting yang sudah membunuh sahabatku. LIHAT SAJA!

Baca Juga: Review Drakor Taxi Driver

Alur Linear yang Jauh dari Kata Bosan

review alice in borderland

Pemilihan alur linear adalah jalan yang paling aman saat membuat cerita. Alur lurus tanpa berbelit, tentu lebih memudahkan penonton memahami inti ceritanya. 

Jika menggunakan alur non-linear, mungkin cerita di drama ini bakal berputar dan lebih memusingkan daripada menyenangkan. Soalnya, di sini ada begitu banyak permasalahan yang dimasukkan ke dalam satu cerita. Banyak isu dan informasi yang harus diserap oleh penonton. 

Dengan penyajian alur maju yang lurus, tentu ini menjadi nilai tambah. Penonton menjadi lebih enjoy dalam menikmati setiap konflik yang dihadirkan. Selain itu, fokus ceritanya juga tidak pernah melenceng sedikit pun. 

Kita bakal selalu melihat Arisu sebagai tokoh utama, bagaimana pun keadaannya. Meski bakal ada tokoh utama lainnya, namun tokoh Arisu sengaja dibuat paling menonjol. Bahkan, dari episode pertama pun yang pertama kali disorot adalah Arisu. 

Awalnya aku pikir Chota dan Karube juga akan menjadi tokoh utama mendampingi Arisu, ternyata gagal total! Chota dan Karube malah dimatikan di episode tiga. Kita malah disodorkan dengan tokoh utama lainnya yang tidak disangka-sangak. Sebuah plotwist yang mengagumkan. benar-benar tidak tertebak.

Hal yang Membuat Dramanya Mendapatkan Rating Bagus

Alice in Borderland

Mari kita lihat data, sebagus apa Alice in Borderland sampai sempat viral? Di Rotten Tomatoes, Alice i Borderland berhasil mendapatkan skor 71% dari para tomatoers. Lalu, skor 91% didapatkan dari AUDIENCE SCORE di Rotten Tomatoes.

Tidak hanya itu, ternyata iMDB pun memberikan rating yang cukup memuaskan, yaitu 7.6/10. Bahkan, dari Google Users pun drama ini bisa mendapatkan presentasi hingga 95%. Kira-kira apa sih yang membuat drama ini begitu hype dan disukai?

Pertama, tentu premis ceritanya. Ide yang diberikan oleh Alice in Borderland sangat sangat sangat sangat menarik. Kita biasanya mendapatkan ide fantasi seperti ini hanya lewat anime atau manga. Tapi, ini dibuat dalam bentuk live action. 

Alurnya sangat rapi. Ide cerita menarik. Setiap konflik dibuat begitu menegangkan juga mengharukan. Penonton tidak terus-terusan diajak stres karena takut mati saat main game. Di sini juga diberi konflik yang menyentuh hati, memilih antara dibunuh atau membunuh. Sisi kemanusiaan kita juga diuji. Rasa empati kita diasah.

Selain itu, kita juga diajak terus menebak-nebak apa yang akan terjadi berikutnya? Kita akan merasa puas ketika tebakan itu berhasil, dan merasa ikut kesal serta penasaran jika tebakan kita gagal. Itu yang bikin Alice in Borderland begitu dinikmati oleh banyak orang.

Fase naik-turunnya pas. Semua timnya pintar mengolah emosi penonton, seolah mereka tahu perasaan penonton. Dan yang kedua, sinematografi. Meski cerita menarik, akan sangat menyebalkan jika menyaksikan sinematografi yang asal-asalan.

Tapi hal itu tidak berlaku di sini. Dramanya menampilkan CGI yang cukup nyata meski tidak sebagus film-film Hollywood terkenal. Namun, untuk produksi Netflix dan Jepang ini, tentu sebuah hal yang menganggumkan. Saat mereka menampilkan macan menggunakan CGI pun terasa cukup nyata dan mulus. GOOD JOB!

Baca Juga: Review Drakor A Business Proposal

Lalu, Apa Kekurangan Drama Ini?

pemeran alice in borderland

Tidak adil rasanya jika selalu menyebutkan kelebihannya. Tidak ada yang sempurna, begitu pun dengan drama Jepang yang dibintangi oleh Kento Yamazaki ini. Ada kekurangan yang menurutku sedikit menganggu, namun tidak mengurangi keasikan dalam menonton.

Pertama soal akting. Tidak, aku tidak akan mengatakan Kento akting-nya jelek. Dia bagus, dan aku pun menyukainya. Tapi untuk karakter utama wanitanya yang berperan sebagai Usagi (Tsuchiya Tao), terkadang terasa kurang ekspresif dan emosional.

Saat adegan flashback, Usagi merasa sangat sedih karena ayahnya terkena skandal dan diberitakan dimana-mana. Nah, adegan Usagi sedih itulah yang menurutku kurang terasa menyedihkan. Namun, hebatnya, semakin lama akting Tsuchiya ini lebih emosional, terutama saat adegan saat dia hampir diperkosa.

Tsuchiya bisa mengeluarkan aura serta ekspresi menjijikan, kesal, dan marah saat bersamaan. Sorot matanya bisa tergambar bahwa ia jijik dengan pria yang hendak memperkosanya. Bahkan, ia terlihat seperti ingin membunuh pria itu. 

Kekurangan kedua, tidak ada skoring yang memorable. Sudah sepantasnya drama atau film terkenal pasti memiliki musik yang membuat penonton selalu terngiang-ngiang. Namun sayangnya, hal itu tidak berlaku untuk Alice in Borderland.

Mereka tidak punya ciri khas backsound. Hanya menggunakan backsound yang... ya bisa terbayangkan oleh penonton. Bukan berarti buruk, hanya disayangkan saja. Tapi, yang membuat Alice in Borderland ini terngiang-ngiang adalah tokoh Arisunya sih.. Jadi mungkin memang mau membuat penonton ingat dengan Arisu saja kali, ya?

Alice in Borderland adalah salah satu drama Netflix dan Jepang yang menjadi favoritku. Selain karena Kento Yamazaki, aku juga menyukai bagaimana ketegangan yang terjadi di setiap menitnya. Alurnya yang rapi dengan berbagai plotwist yang pas membuat ingin terus menontonnya berulang kali.

Fyi, nama Arisu kalau diubah ke dalam bahasa Inggris menjadi "Alice." Jadi, memang drama ini bakal selalu fokus pada Arisu yang sedang berada di Borderland. Kira-kira, Borderland itu apa? Sebuah game? Atau.... sebuah pulau?

Fyi lagi, ya! Drama ini dibuat berdasarkan dari cerita manga berjudul sama. Nah, kalau kamu benar-benar penasaran dengan kelanjutannya, silakan baca versi manga. Di sana, kamu bakal menemukan jawaban atas segala misteri yang ada, termasuk kematian Chishiya Shuntaro... uppss...

Comments

  1. Keren kak, jadi pengen nonton hehe

    ReplyDelete
  2. Aku baru tau cerita ini mbak. Sepertinya menegangkan ya ceritanya. Live action ini sampai viral dan dapat rating tinggi. Nonton 400 menit sepertinya cukup 'kenyang' hahaha :D

    ReplyDelete
  3. drama netflix tuh bagus-bagus yaa sudah lama nggak nonton serial Jepang..jadi pengen langganan juga dehh tapi nanti kebanyakan langganan streaming...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Urutan Member NCT Dream Tertua Hingga Termuda, Siapa Biasmu?

Urutan Member NCT Keseluruhan dari yang Tertua hingga Termuda

Pengalaman Mengunjungi KWANGYA di Jakarta - Lotte Avenue Kuningan, Check!