Review & Sinopsis DraKor My Name: "Aku Rela Menjadi Monster"
"Sanggupkah kau menjadi monster?"
"Karena keraguanku, aku kehilangan orang berharga lagi. Orang yang memahami rasa sakitku. Tempatku bergantung. Aku rela menjadi..... monster."
Monster, sebuah kata untuk mendeskripsikan sesuatu yang mengerikan. Tidak perlu berwujud tinggi, besar, menyeramkan, cukup dengan sikap dan berperilaku tanpa rasa kemanusiaan pun sudah layak disebut sebagai monster.
Pembunuh berdarah dingin, tak mengenal ampun, tanpa peduli bahwa nyawa manusia itu berharga, pun bisa disebut sebagai monster. Inilah kisah Yoon Jiwoo, seorang wanita yang diselimuti oleh dendam sejak kematian sang ayah. Dendamnya semakin mengerak ke akar, setelah si pembunuh membunuh orang terkasihnya.
WARNING! Artikel mengandung spoiler.
Sinopsis Drakor My Name
"YOON JIWOO, PECANDU, BODOH, MATI KAU, DASAR PECANDU GILA, JALANG"
Trakk... Diletakkannya sebuah ponsel lengkap dengan earphone di atas meja yang penuh dengan coretan kebencian dari semua teman sekelasnya. Gadis itu hanya menatap mejanya dengan tatapan dingin, tidak peduli, dan tanpa mengatakan sepatah kata pun, dia tetap duduk di bangkunya yang penuh coretan kebencian.
Pagi itu cerah, namun perasaan Jiwoo sepertinya sangat gelap dan mendung, seperti tidak ada kebahagian lagi menghampiri hidupnya. Hanya earphone dan ponselnya yang membuat Jiwoo bisa 'kabur' dari hujatan teman-temannya saat masuk ke kelas.
Semua orang di sekolah menjauhi Jiwoo, tak terkecuali para guru di sekolah. Bahkan, pihak sekolah dengan entengnya meminta Jiwoo untuk pindah sekolah karena dianggap telah membuat seluruh sekolah menjadi tidak nyaman. Tentu saja ini tidak adil, Jiwoo tidak terima!
Tapi ia dipaksa keluar sekolah. Tak bisa berbuat apapun, Jiwoo menerimanya dengan terpaksa dan kembali ke kelas. Sampai di kelasnya....
"Hei, itu narkoba!"
"Cepat panggil polisi! Aku takut."
Ucap beberapa orang gadis di kelas Jiwooo yang meneriakinya. Jiwoo hanya bisa menatap geram ke arah serpihan kapur yang menumpuk di atas meja dan bangkunya. Lagi-lagi, tanpa banyak berucap, Jiwoo berjalan mendekati salah satu gadis yang meneriakinya....
"Apa? Apa, jalang?!"
Tanpa aba-aba, tanpa ragu, tanpa kasihan, tanpa bicara sepatah kata pun, Jiwoo dengan senang hati menepuk keras bantalan serpihan kapur itu ke arah kepala serta muka si gadis. Inilah awal mula perkelahian antara Jiwoo dan anak-anak di sekolahnya. Mereka bukan teman, mereka selalu merundung Jiwoo setelah kasus ayahnya menyeruak luas ke publik.
Kasus yang sangat heboh di kalangan masyarakat, sang ayah bernama Yoon Donghoon seorang polisi yang berkhianat karena menjadi anggota geng narkoba. Semenjak itu, ayah Jiwoo meninggalkannya di rumah sendirian. Yoon Donghoon menjadi buronan dan tidak bisa kembali pada Jiwoo.
Setiap hari selalu ada polisi yang mengikuti Jiwoo kemana pun dia pergi. Setiap hari ucapan kebencian, caci maki dari semua orang yang mengenalnya ditelan begitu saja oleh Jiwoo. Hingga pada suatu malam kejadian mengerikan itu terjadi..
"Ayah, aku tidak akan menunggumu lagi."
Ucapan Jiwoo final. Ia merasa dongkol ketika ayahnya menelepon dengan menjanjikan hal-hal manis yang tak masuk akal menurut Jiwoo. Donghoon berjanji akan segera pulang dan menyelesaikan masalahnya, tapi... Jiwoo sudah muak.
Yoon Donghoon yang tidak mau mengecewakan anak gadis satu-satunya itu langsung pergi untuk pulang, menemui sang anak yang sudah terlanjur kecewa.
Tap....tap...tap...
Yoon Donghoon melangkah pelan menuju pintu apartemen rumahnya, mengetuk pelan pintu tersebut.
"Jiwoo.. ayah pulang.."
Jiwoo tertidur lelap, hingga Donghoon tidak mengetuk lagi. Ia membalikkan badan membelakangi pintu. Matanya terbelalak melotot kaget. DOOOORRRRR!!!! Sebuah peluru menyusup masuk ke arah dada Donghoon.
Secara spontan, Jiwoo terbangun. Ia samar-samar mendengar suara ayahnya. Memanggil-manggil nama ayahnya, merasa khawatir karena hanya sang ayah yang sedang di depan pintu apartemennya, lengkap dengan suara tembakan.
"AYAH!! Ayah... apa baik-baik saja?"
Jiwoo berusaha membuka pintu. Nihil. Sang ayah sengaja mengunci pintu itu dari luar.
"Jiwoo, tetap di dalam. Jangan keluar" DOOORRR!!!!
Satu tembakan lagi, membuat Jiwoo semakin panik. Suara ayahnya terdengar merintih sangat kesakitan. BRUKKKK!! Suara itu datang saat Yoon Donghoon limbung setelah dua kali ditembak tepat di bagian perut dan dadanya. Dengan kekuatan maksimal, Jiwoo mendobrak pintu apartemennya sendiri dan melihat ayahnya terkapar tak bernyawa.
Itulah awal mula kisah hidup Jiwoo. Hidup yang diawali dengan kepiluan, ditinggal oleh sang ayah dengan rasa penyesalan serta kekecewaan yang mendalam. Sejak ayahnya meninggal, Jiwoo menghampiri kawan lama sang ayah, bernama Choi Mujin.
Jiwoo rela memohon sambil berlutut demi meminta bantuan untuk menemukan pembunuh sang ayah. Choi Mujin menyanggupinya, asalkan Jiwoo mau menerima akibatnya. Jiwoo yang terbakar emosi dan rasa penuh dendam, pun setuju. Tanpa disadari, ia terjerembab dalam organisasi narkoba nasional.
Ya, Choi Mujin adalah pimpinan organisasi narkoba. Tapi dia memiliki integritas dan selalu menepati janji. Ayah Jiwoo adalah bagian organisasi narkoba sekaligus kawan terdekat Choi Mujin, mereka berdua sudah seperti saudara kandung. Setidaknya itu yang diketahui oleh Jiwoo.
Choi Mujin dengan baik merawat dan mengajarkan Jiwoo cara bertarung dan membunuh orang. Hingga akhirnya Jiwoo sudah dewasa, menjadi bagian dari kepolisian dan mengganti namanya menjadi "Oh Hyejin." Ia sengaja menjadi polisi karena terungkap bahwa pembunuh sang ayah menembaknya dengan pistol dari kepolisian.
Rasa dendam sudah merenggut segala jiwa Jiwoo. Rasa dendam telah membutakan Jiwoo. Rasa dendam sudah membuatnya menjadi pembunuh. Sungguh menjadi monster itu mengerikan. Tanpa ampun menghabisi nyawa manusia seolah tak berharga.
Dengan caranya sendiri, akhirnya terbongkar fakta menyakitkan, bertemu langsung dengan si pembunuh ayahnya. Bukan hanya membunuh sang ayah, ternyata si pembunuh ini jugalah yang membunuh Jeon Pildo, seseorang yang berharga bagi Jiwoo, seseorang yang amat mengerti akan hidupnya... Siapakah kira-kira si pembunuh itu?
Baca Juga: Review Drama Korea Mouse
Premis Standar, Tapi Sangat Asyik Ditonton
Sebenarnya aku udah nggak aneh nemu premis dendam karena keluarganya dibunuh. Premis cerita seperti ini udah banyakkkkkk banget. Tapi, entah mengapa drakor My Name membawa premis standar ini menjadi sangat mengasyikan. Betah banget untuk nonton sampai akhir, seharian pun beres!~
Menurutku ada beberapa poin penting yang membuat cerita ini menarik. Pertama, tentu saja pemainnya. Kenal Han So Hee si pelakor di The World of Marriage? Atau Na Bi si perempuan bucin sampai mau aja di HTS-in di drakor Nevertheless?
Yup, pemeran Jiwoo itu adalah pemeran yang sama dengan dua drama yang aku sebutin di atas, yaitu Han So Hee. So Hee sangat berbeda di sini, nggak ada yang namanya cewek melow menyebalkan. Yang ada hanya karakter wanita tangguh, nggak main-main buat ngebunuh orang. Mungkin ini bisa jadi salah satu alasan kenapa drama My Name sangat menarik.
Alasan kedua, alur ceritanya sangat rapi. My Name menurutku menyajikan alur maju dengan sedikit flashback yang nggak bikin penonton pusing. Meski terkesan 'old fashion' karena penggunaan si alur maju, justru menurutku ini adalah pilihan yang tepat!
Sekarang banyak banget film atau drakor yang bawa alur non-linear, maju-mundur. Bukannya keren, tapi menurutku malah bikin bingung, sehingga penonton disuruh mikir dan urutin sendiri alurnya. Tapi, aku nggak nemuin hal membingungkan di drakor My Name.
Alasan ketiga, sinematografi yang sesuai dengan tema. Elemen yang satu ini wajib diperhatikan saat menonton drakor My Name. Dia mampu menampilkan aura kegelapan yang penuh dengan rasa dendam serta kebencian. Tone warna yang gelap benar-benar mendukung tema dari drakor My Name.
Bahkan, meskipun setting berada di siang hari, tone gelap penuh rasa dendam masih sangat melekat salam sinematografinya. Nah, unsur ini juga nggak akan sempurna kalau bukan karena scoring yang memadai. Setiap backsound dan OST dari drakor My Name pun sangat mendukung temanya. Penuh rasa benci yang mengerak di dalam hati. Pokoknya, salut, keren!
Baca Juga: Review Film Korea Memoir of Murderer
wah, belum sempat nonton ini, eh udah kena spoler deh, hehe. tenang, aku bukan anti spoiler kok. memang ya, karakter han so hee beda banget di sini dibanding di drama sebelumnya. dia keren bisa keluar dari image sebelumnya
ReplyDeleteJadi penasaran dengan akhir cerita My Name...
ReplyDeleteNamanya Jiwoo kalau di Indonesia jadi jiwa ..kali ya Mbak..
Asyik juga mengikuti spoiler Drakor ya..
Udah berseliweran di feed ai beberapa wakti ni tapi blm sempet nonton. Masukin list deh kayanya menarik nih
ReplyDeleteaku jadi penasaran siapa pembunuh ayah Jiwoo. tapi dia ngebunuh dua orang terdekat Jiwoo sekaligus ya. trus ada konflik apa kok sampai ngebunuh π€
ReplyDeleteKeren banget reviewnya. Belum nonton aja sudah terlarut begini, harus disegerakan nih
ReplyDeleteTahun lalu ni banyak tontonan dark tapi seru ya memang agak sesak dada nonton drama balas dendam begini tapi penasaran juga dengan akting So Hee yang ciamik, totalitas nya keren ya..
ReplyDelete