Review dan Sinopsis Film Korea Pandora: Drama dengan Bumbu Sains
Aku ingin hidup bahagia
Kenapa aku tidak bisa hidup bahagia?
Itu bukan permintaan yang sulit
Kenapa aku harus hidup seperti ini? Kenapa?
Apa aku melakukan kesalahan?
Aku salah apa sampai hidup seperti ini?
Aku tidak ingin mati. Aku sangat takut...
Pandora, sebuah film yang menyentuh sisi kemanusiaan penontonnya, menyentuh hati setiap penontonnya melalui kisah bencana terjadinya malfungsi Nuclear Power Plant. Pandora, sebuah film yang menyentuh hingga akhir meski dibubuhi oleh pendekatan sains tapi tidak mengurangi rasa pilu di hati para penontonnya, inilah kisah Jae-Hyeok sang penyelamat untuk kota kecilnya.
Sinopsis Film Pandora
"Hey, kamu tahu nggak apa yang ada di dalam Power Plant itu?"
"Memangnya apa?"
"Ada robot sangat besar di dalamnya!"
"Diam kamu bodoh! Isinya bukan robot, tapi itu Rice Cooker!"
"Tsk... Siapa yang bilang begitu?"
"Kakak ku yang bilang, kok! Katanya Rice Cooker itu merebus air dan bisa menghasilkan listrik makanya kita sekarang bisa hidup enak. Rice Cooker itu akan membuat kita kaya! Kata Kakak ku, kita harus bersyukur karena ada Rice Cooker itu!"
"Nggak! Kakakmu salah, kata guru ku justru itu seperti sebuah kotak. Kalau kita buka kotak itu bakal ada masalah besar untuk kita!"
"Nggak! Guru kamu juga salah!"
Perdebatan sengit antara bocah usia TK terdengar polos tapi cukup alot. Mereka memperdebatkan sebuah bangunan berbentuk tabung yang berada di bibir laut. Bangunan itu sangat besar, dan benar kata si anak tadi, bangunan itu memang menghasilkan listrik.
Listrik dengan kekuatan yang super besar hingga menghidupkan sebagian kota di Korea Selatan. Sebutan untuk bangunan itu adalah Nuclear Power Plant atau dalam bahasa Indonesianya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.
Brakkkkkk!!!!
Seorang wanita muda dengan helm dan wajah sangarnya membuka pintu rapuh dengan cara yang kasar. Dia bergegas masuk ke dalam restoran yang sangat ramai para pekerja nuklir. Tanpa aba-aba, Yeon Joo langsung menendang kaki Jae-Hyeok tanpa rasa belas kasih.
Yeon Joo mengomeli pacarnya dengan perasaan cemburu yang membara karena Jae-Hyeok semalam habis mabuk-mabukan bersama gadis lain. Setelah puas mengomelinya, Yeon Joo langsung menyapa sang calon mertua dan calon kakak iparnya dengan ramah. Ia pun pergi menuju tempat kerjanya.
Jaeh-Hyeok cukup beruntung sebenarnya punya pacar galak tapi sangat perhatian. Jae-Hyeok tahu bahwa Yeon Joo hanya khawatir. Pasalnya, Jae-Hyeok sendiri seolah 'mati segan hidup pun tak mau' mengomel terus menerus karena dia harus menjadi salah satu pekerja di Nuclear Power Plant.
Dia muak dengan kerjaannya, sungguh bukan kerjaan impian. Tapi, ibunya, kakak iparnya, bahkan teman-temannya menganggap Jae-Hyeok hanya mengeluh. Padahal bekerja di Nuclear Power Plant bukanlah hal yang buruk. Penghasilan stabil. Pekerjaan cukup simple. Keamanan terjamin, katanya.
Jae-Hyeok tidak setuju dengan bagian akhir, karena menurutnya ini adalah pekerjaan yang sangat beresiko, apalagi jika Power Plant mendadak malfungsi. Paparan radiasi uranium adalah hal yang paling menakutkan. Makanya, Jae-Hyeok berencana untuk pergi melaut. Memancing ikan makarel di lautan lepas yang luas dengan penghasilan lebih besar.
Terdengar seperti bualan memang, tapi setidaknya Jae-Hyeok punya mimpi. Sayangnya... mimpi itu sirna seketika saat gempa bumi melanda. Rumahnya sekaligus restoran tempat kerja ibunya hancur porak poranda. Bahkan, keponakannya pun sempat terluka akibat reruntuhan dari atap rumah.
Kekacauan itu ternyata tidak berhenti sampai pada menghancurkan bangunan-bangunan di kota, tapi juga membuat reaktor nuklir menjadi malfungsi. Mengesalkan, yang mengetahui hal itu hanya para petinggi yang membuat Power Plant-nya. Warga? Mereka hanya mendapatkan informasi semuanya aman dan terkendali. Totally liars.
Gempa bumi tadi mengakibatkan suhu Power Plant yang terus meningkat dan tidak bisa sedikit pun dikontrol. Jalan satu-satunya adalah, seseorang harus mendekati nuklir tersebut untuk mengontrolnya secara manual. Lagi-lagi keserakahan dan keegoisan petinggi membuat penonton dongkol.
Para petinggi tidak memberitahu kepada pekerja yang terjun langsung mendekati reaktor nuklir itu bahwa ada radiasi uranium di bawah sana. Sekalinya mereka terpapar radiasi maka akan mendekatkannya pada kematian. Dengan kata lain, kali ini petinggi mengorbankan pekerjanya sendiri!
Yang lebih menyebalkannya lagi, petinggi-petinggi ini tidak melaporkan situasi sesungguhnya pada presiden Korea Selatan. Tidak ada penanganan secara sigap hingga akhirnya reaktor nuklir itu meltdown semakin parah! Presiden pun mencium kebusukan si petinggi jahanam yang sangat egois itu. Akhirnya, semua permasalahan diambil alih dan dikontrol oleh presiden secara langsung.
Baca Juga: Review Drakor Mouse
Presiden berdiskusi dengan para ilmuwan yang juga terlibat dalam pembuatan reaktor nuklir. Tidak ada satu pun kabar baik, justru ilmuwan menyarankan segera melakukan evakuasi warga dan meminta beberapa pekerja untuk terjun langsung ke dalam kubangan air yang penuh radiasi untuk menutup saluran yang sudah terlanjur meltdown.
Tentu saja ini adalah misi bunuh diri! Siapa yang mau melakukannya? Beruntunglah Jae-Hyeok sangat memikirkan ponakan, pacar, ibu, dan kakak iparnya. Meski diselimuti rasa takut mati, dengan perasaan kesal yang mencokol di dadanya terhadap petinggi yang enggan bertanggung jawab, ia rela mengorbankan diri menjeburkan diri ke kubangan air penuh radiasi.
Ia rela meledakan dirinya sendiri dan tertimbun di reruntuhan beton-beton bangunan nuklir demi menghentikan laju meltdown radiasi itu. Jae-Hyeok, seorang warga biasa yang doyan mendumel soal pekerjaannya di tempat PLT Nuklir ini akhirnya harus menempel erat dengan radiasi nuklir jauh di bawah tanah.
Jae-Hyeok akan selalu diingat sebagai pahlawan yang sudah menyelamatkan sebagian besar warga Korea Selatan mendapatkan tanda jasa khusus dari presiden. Film ditutup dengan tangis memilukan yang menyesakan dada.
Film Super Drama dengan Bumbu Sci-Fic
Korea Selatan memang paling jago bikin cerita berbumbu drama. Cerita yang membuat penonton merasa iba, menyesakan dada, dan bikin terharu, memang menjadi spesialisasi Korea Selatan. Meski ini terkesan sci-fic, tapi menurutku Pandora justru adalah film dengan genre drama yang sangat kental.
Di awal film, penonton diberi suguhan komedi sebagai pembukaan. Celetukan asal yang dilemparkan oleh Jae-Hyeok kadang membuat perut tergelitik, tapi apa yang diucapkannya terasa relate. Sayangnya semua itu tidak berlangsung lama. Pada sekitar 20 menit film ini berjalan, ia langsung menampilkan gempa yang memporak-porandakan seisi kota.
Di sanalah drama dimulai. Semua orang menjadi tegang dan mulai berselisih. Ditambah, Power Plant Nuklirnya mengalami malfungsi. Meski ada penjelasan mengenai malfungsi Power Plant-nya, tapi terasa tidak memuaskan. Justru terasa cukup berlebihan.
Apalagi saat reaktor nuklir meledak karena meltdown, itu sangat berlebihan. Abu dimana-dimana menutupi seluruh kota, seolah seperti kota yang terkena letusan gunung berapi padahal bukan. Efek ledakan dari Power Plant Nuklir kurang akurat. Kurang sesuai dengan ilmu sains yang sesungguhnya.
Perlu diakui, meski sainsnya tidak cukup akurat tapi film ini memang enak ditonton. Alur dramanya terasa pas dan sangat cukup bisa meneteskan air mata. Bagian yang paling menyedihkan dan sangat mendramatisir adalah saat Jae-Hyeok menyampaikan salam terakhir untuk ibunya.
Di situ kualitas akting para pemainnya terlihat menonjol. Terlihat sangat sakit dan sedih sehingga membuat penonton ikut terhanyut. Jadi, untuk yang dirasa mudah tersentuh dengan cerita melow, harus siapkan tisu saat menonton Pandora, ya!
Bertabur Aktor dan Aktris Senior
Aku tidak menyesal sama sekali menonton Pandora. Meski agak sedikit mengerenyitkan kening di beberapa momen, tapi overall film ini cukup amusing dan aku sangat menikmati filmnya. Yang paling aku suka dari film ini adalah aktingnya.
Selama 2 jam 16 menit, aku bisa melihat bagaimana setiap pemerannya berakting dengan sangat baik. Begitu emosional dan menjiwai setiap perannya sesuai dengan porsinya masing-masing. Saat aku perhatikan lagi, ternyata memang Pandora ini menggandeng banyak aktor dan aktris senior.
Baca Juga: Review Drama True Beauty
Untuk Jae-Hyeok ini diperankan Kim Nam Gil. Aku pernah menonton beberapa karyanya di antaranya ada drama Bad Guy dan film Korea yang paling legendaris, yaitu Memoir of a Murderer. Selain itu, ada Kim Dae-Myung. Dia berperan sebagai teman Jae-Hyeok.
Pernah nonton drama Hospital Playlist? Nah, Kim Dae-Myung ini muncul di drama hits laris manis itu loh! Perannya di Hospital Playlist dan di film Pandora ini sangat bertolak belakang!
Deretan aktor dan aktris senior lainnya ada Lee Kyoung-Young, Jung Jin-Young, Kang Shin-Il, hingga Yoo Seung-Mok. Tentu ini menjadi tambahan nilai positif untuk film Pandora!
Mengingatkan Kisah Chernobyl
Fyi, Pandora bukan satu-satunya film yang mengambil tema seperti ini. Sebelumnya ada Chernobyl yang mengisahkan Power Plant Nuklir Rusia meledak hingga mereka harus menutup kota sampai sekarang karena radiasi uranium yang masih cukup membahayakan di beberapa titik.
Aku pernah nonton Chernobyl dan jujur saja, Chernobyl lebih masuk akal dibandingkan Pandora. Chernobyl sendiri sebuah miniseries tahun 2019 yang dibuat berdasarkan kisah nyata, bahkan penjelasan sains mengenai ledakan Nuklirnya pun cukup akurat jika dibandingkan dengan Pandora.
Sebagai perbandingan, Chernobyl sendiri adalah Power Plant Nuklir yang dibuat tahun 1986, ia menjadi Power Plant Nuklir pertama di dunia. Cukup membanggakan memang, tapi karena pembuatannya terburu-buru, membuat salah satu Power Plant-nya mengalami malfungsi. Mirip bukan dengan kisah Pandora?
Aku tidak ada komplain jika Chernobyl memiliki efek berbahaya yang cukup luar biasa mengerikannya saat terjadi meltdown. Pada masa itu memang belum ada yang namanya teknologi Molten salt reactor. Sedikit informasi, Molten salt reactor ini adalah sebuah teknologi modern dimana dia berfungsi sebagai coolant untuk mencegah terjadinya meltdown pada reaktor nuklir.
Teknologi ini langsung melakukan shut down pada reaktor nuklir sehingga kerja reaktor akan terhenti seketika dan tidak akan menimbulkan efek sampai meledak menimbulkan debu menyelimuti kota. Inilah teknologi yang biasa digunakan pada reaktor nuklir di era modern. Kalau di Chernobyl, belum punya teknologi ini.
Jadi, aku agak bingung. Teknologi nuklir di Pandora ini mengacu pada teknologi lama seperti Chernobyl kah atau tidak? Karena di dalam film Pandora tidak ada tanda penjelasan mengenai Molten salt reactor. Tapi kalau memang mengikuti teknologi Chernobyl, kok jadul banget ya? Ini, kan film fiksi tahun 2016, dan memang bukan kisah nyata juga.
Makanya, aku berpendapat bahwa Pandora ini sangat lebay dan misleading tentang sainsnya. Ini juga diungkapkan oleh reviewer di iMBD yang menyebutkan bahwa secara teknis dan operasionalnya sangat tidak akurat. Jadi, kalau kalian nonton film ini, jangan langsung menelan informasinya secara mentah, ya.
Tapi, overall banyak yang memberikan rating memuaskan dari reviewers iMDB, bahkan iMDB memberikan rating 6.7 lho~ Jujur, kalau dari segi plot, akting, dan flowing-nya, aku pun sangat suka dengan film ini. Hanya ada beberapa hal saja yang mengganggu.
Dan perlu diperhatikan juga bahwa efek nuklir yang ada dalam Power Plant bukanlah efek nuklir yang sama seperti bom yang kita tahu selama ini meledak-ledak, ya.
Detail yang Miss
Sedikit gemas ketika melihat adegan dimana kota sangat berdebu. Kota kecil itu seperti ditutupi oleh asap akibat ledakan dari nuklirnya, cukup berlebihan memang, seharusnya tidak perlu seperti itu. Akibat debu yang muncul dimana-mana, semua orang di sana menggunakan masker.
Ada satu adegan yang bikin aku geregetan banget, yaitu ketika Yeon Joo menghampiri Jae-Hyeok di tempat PLT Nuklir yang sudah porak poranda. Saat itu Jae-Hyeok berencana mau mengorbankan dirinya, jadi Yeon Joo datang menemui Jae-Hyeok untuk mengucapkan salam terakhir.
Di situ Yeon Joo pakai masker, mungkin maksudnya untuk menghalau debu masuk ke pernafasannya kali, ya? Tapi masker itu tidak terpasang dengan benar. Maskernya seperti merosot dan tidak menutup bagian lubang hidung sama sekali. Bahkan warna maskernya pun masih terlihat bersih, tidak seperti kena debu. Memang ini detail kecil, tapi untuk ku itu sangat mengganggu dan membuyarkan konsentrasi saat nonton.
Lalu, kostum saat mereka memasuki tempat Power Plant nuklir itu lebih mirip seperti seorang astronot. Aku agak sedikit berpikir, apa mereka di sana bakal kehabisan nafas? Padahal efek radiasi uranium tetap akan terpapar meski sudah memakai pakaian astronot seperti itu. A little bit too much, i think.. but remember, Korea has the best Drama ever~~ It's just movie, chill.
Pada akhirnya, Pandora ini memang film yang amat bagus. Namun di dunia ini memang tidak ada yang sempurna, begitu pun saat membuat sebuah film. Meski disebut sebagai film blockbuster-nya Negeri Ginseng, tapi masih ada saja yang kurang di beberapa bagiannya.
Meski begitu, untuk pecinta Kokoreaan seperti ku, Pandora adalah sebuah tontonan wajib! Menonton Pandora ini sangat menyenangkan dan refresh.
Tapi perlu diingat kembali untuk tidak menyimpulkan teknis dan operasional nuklirnya secara mentah-mentah, memang sebaiknya riset kembali untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat.
Udah lama engga nonton Drakor, jadi pengen nonton lagi
ReplyDeleteIni bukan drakor, tapi movie kak~ seru banget ini, coba deh tonton~
DeleteKeren dan niat bgt jg ya drakor yg ini latar belakang ceritanya ttg PLTN wow..
ReplyDeleteIya, ini bagus sih dan lumayan entertaining~
DeleteMantab nih untuk dicoba yang biasanya nontn yg romantis mulu😂
ReplyDeleteKalau romantis, udah lah korea paling jago hahahaha
DeleteAku jadi penasaran nih .. jadi yang benar menurut sains itu efek ledakannya itu gimana ya... hmmm
ReplyDeleteCoba mba searching tentang ledakan reaktor nuklir di Jepang beberapa tahun ke belakang yang karena tsunami itu~ nah itu reaktor yang lebih modern
DeleteEh iya pas baca sinopsisnya jadi inget film apa gitu, ternyata terjawab di sub bab berikutnya, ada film chernobyl, hehe
ReplyDeleteIya Chernobyl bagus banget, aku suka sama series ituuu
DeleteMakanya riset itu penting banget ya mbak. Kalau nggak cukup data ntar menyesatkan. Meski ntar dibenturkan lagi, “namanya juga drama”, hehe. Tapi sebaiknya itu dipertimbangkan karena sebagai sarana edukasi juga, hehe. Makasih Mbak Ori udah review filmnya. -Ami-
ReplyDeleteIya betul mba, aku setuju.. padahal tenaga listrik dari nuklir lebih ramah lingkungan dibandingkan pakai batu bara :"
DeleteSains dan teknologi memang selalu keren. Selalu terkagum-kagum dengan itu semua. Kalo baca review drama seperti ini, tiba-tiba aku merasa memiliki otak super cerdas 😁😁
ReplyDeleteMba memang sudah cerdas kok~ 😁😁
DeleteHuaa pasti deg-degan kalau lihat filmnya ini.. soalnya emang serem banget pembangkit listrik tenaga nuklir.. walaupun ramah lingkungan, tapi kalau sekali fatal jadi mimpi buruk kaya chernobyl.. sama yang terjadi di Jepang didunia nyata juga...
ReplyDeleteBagus bgt sih ini, jadi biar menambah informasi untuk kita di negara asia soal bahaya nuklir
Tapi gak berbahaya segitunya menurutku. Karena kalau bukan karena human error, pembangkit kaya gini bakal aman. Rata-rata yang malfungsi itu karena human error dan pengerjaan yang terburu-buru
Deletedi tl twitterku kemarin pada bahas pandora deh wkwk, belum sempet nonton drakor satu ini. agak serius ya mba ada scieficnya juga
ReplyDeleteIya, ini ada politiknya sedikit hahaha
Deletemantab nih mba ori, referensi k-dramanya ngga cuma yang roman2. aku suka reviewnya
ReplyDeleteMakasih mba~ tapi aku memang sukanya less romance :"
Deletetemanya berbeda ya, sci-fic gitu jadi gak melow-melow uwuwu yaa, boleh juga nih kapan-kapan nonton secara kayaknya film ini lumayan banyak dibicarakan orang ya.
ReplyDeleteKelihatan menarik nih buat ditonton selama PPKM diperpanjang hehe, terlebih lagi genrenya scifi-fi ya kak pastinya bikin deg2 selama nonton!
ReplyDeleteDengan cerita yang sangat membius seperti ini kayaknya durasi ampe 2 jam lebih pun bakal nggak kerasa ya Kak
ReplyDeleteFilm Korea tuh ya, selalu ada unsur menyindirnya ya. Baca ulasan ini, saya kok malah fokus sama para petinggi yang egois itu. Dan ternyata di mana-mana emang sama aja ya. Petinggi model gitu ada di mana-mana. Baca sinopsis yang mengandung spoiler ini kok aku jadi nangkepnya, tokoh utamanya akhirnya meninggal ya Kak?
ReplyDeletejujur aja saya kurang sreg sama drakor yg genre science fiction (sci-fi). terakhir nonton sisyphus myth pusing banget sama jalan ceritanya.. tapi kayaknya film pandora ini menarik dengan konflik yang lebih nyata. nanti saya coba nonton deh.
ReplyDeleteYa endingnya kok nyesek yaa.. Ada spoiler ternyata hihi..tema bencana selalu laris ya walaupun rada nyesek nontonnya kadang ngga tahan buat nonton saking sedih atau tragisnya huhu
ReplyDeletewah, detail reviewnya ... sepertinya cukup menarik buat tontonan akhir pekan nih.
ReplyDeletewow ada bau-bau sainsnya ya ini drama korea? aku baru nntn film yang baru dokter dan law aja, boleh deh nanti tak intip dramanya nih
ReplyDeleteBelum pernah nonton ini dan pastinya jadi makin penasaran deh soalnya ya penuh kisah menarik nih, kepo abis!
ReplyDeleteAku pernah nonton pandora secara sekilas, memang agak berlebihan sih dalam pengemasannya.. Terlalu dipaksakan sehingga menyebabkan agak sedikit lebay gitu.. Tapi asik lah, dramanya juga sangat menjiwai sekali terhadap situasinya.. 7/10 lah untuk pandora.. hhe
ReplyDeleteNonton drama ini tuh bikin aku keinget sama Exit, kurang lebih temanya sama sih. Cuma prefer ke Pandora ini, entah kenapa lebih suka sama detail ceritanya
ReplyDeleteWah, asik! Aku catat di must have watch list. Jadi ini film ya? Apalagi tentang Chernobyl, aku suka. Nanti malam kucari, ah.
ReplyDeletehai penyuka film korea dan drakor... seneng bisa mampir lagi. BTW rekomnya bagus. kemarin sempet mau nonton Pandora. tapi gak jadi terus. hahaha. nah saya paling suka klo ada bumbu sains begini.
ReplyDeletenarasi yang bagus kak, alur cerita mudah dipahami, walau aku kurang suka ngabisin waktu buat nonton filem, ini bisa jadi rekomendasi aku untuk nonton di waktu luang.
ReplyDelete