Aku adalah tipe orang yang suka nonton. Menurutku, nonton adalah salah satu refreshing sekaligus mencari inspirasi, entah itu untuk nulis atau membuka wawasan tentang hal lain. Nah, salah satu hobiku adalah nonton drama Korea, apalagi drama Korea tentang politik, crime, thriller, atau horor, bisa aku babat habis dalam waktu singkat!
Berhubung aku memang doyannya drama Korea non-romance atau less romance, ada satu drama Korea yang paling aku suka, judulnya Designated Survivor: 60 Days. Secara garis besar, ini menceritakan bagaimana sulitnya memimpin sebuah negara terutama pemimpinnya yang masih newbie soal politik, konflik sosial, partai, hingga konflik internal.
Selain itu, drakor ini punya banyak pelajaran yang bisa ditiru, contohnya tentang orang yang tidak ingin berkuasa atau tentang kejujuran. Masa iya sih ada pemimpin yang benar-benar mengandalkan kejujuran sekaligus tidak ada ambisi untuk berkuasa? Simak dulu deh review ku di sini, ya!
Sinopsis
*sumber: dramasoverflowers.net
Park Mu Jin, menteri lingkungan hidup yang baru saja dipecat secara tidak resmi, tengah panik saat sedang menyetir. Pertanyaan istrinya membuat ia bingung untuk menemukan jawabannya. "Kenapa kamu tidak ikut rapat di gedung majelis nasional? Kamu dipecat?". Aku tahu, perasaan Park Mu Jin saat itu pasti kalut karena baru saja dipecat oleh presiden Yang Ji Man.
Ekspresinya mendadak pucat, keringat mengalir deras dari pelipisnya; mungkin saat itu ekspresi Mu Jin mengatakan "tamatlah aku, pasti dimarahin istri". Saking paniknya dengan pertanyaan sang istri, ia menancapkan rem mobilnya secara mendadak. Fiuhhh... untung saja nggak sampai tabrakan. Tapi saat itu aku penasaran, kenapa mendadak macet dan semua orang keluar dari mobil?
Ternyata penasaran itu terjawab sudah. BOOM!!!! Sudah ledakan kedua, diperlihatkan gedung majelis nasional yang sudah hancur setengah. BOOMMM!!! Ledakan ketiga, membuat Park Mu Jin dan istrinya terkejut.
BOOOMMM!!! Semua orang yang menyaksikan semakin terkejut dan panik melihat gedung majelis nasional yang berisi Presiden, jajaran Menteri, beberapa staf keprisidenen, dan kabinet lainnya hancur. Beton yang kokoh bisa runtuh seketika akibat bom yang berkali-kali meledak tanpa ampun.
"Aaaaaaaaaa...!!!!" Terlihat istri Park Mu Jin berjongkok sambil berteriak. Panik, Mu Jin langsung menghampirinya dan dia baru sadar, putri bungsunya sedang berwisata ke gedung majelis nasional. Tanpa ba bi bu, Mu Jin berlari ke arah gedung majelis nasional untuk mencari anaknya.
Sayangnya, dia dihadang oleh sejumlah polisi di sana, demi keselamatan katanya. Tapi, Mu Jin keukeuh ingin memeriksa ke dalam gedung sampai akhirnya ia sadar, pemadam kebakaran menggendong anak-anak TK untuk dibawa ke ambulans.
Ia mulai menghampiri ambulans, syukurlah anaknya selamat meski dia tidak sadarkan diri. Segera anaknya dibawa ke rumah sakit. Mu Jin tidak ikut di dalam ambulans karena ia langsung dihadang oleh paspampres (pasukan pengaman presiden / bodyguard kepresidenan). Ia langsung diseret ke arah Gedung Biru. Bingung dan panik. Apa yang sedang terjadi?
Paspampres tidak bisa menjelaskan, karena memang bukan haknya untuk menjelaskan. Sampai di Gedung Biru, Mu Jin diseret secara halus menuju ruang bawah tanah, kedap suara, dan anti peluru. Tidak pernah terpikirkan oleh Mu Jin sebelumnya untuk masuk ke dalam kamar rahasia seperti ini. Sampailah ia di penghujung lorong ruang rahasia, disambut oleh beberapa Sekretariat Kepresidenan. Mereka membungkuk dengan hormat; "selamat datang presiden interim, Park Mu Jin."
Bengong, melotot, melihat sekeliling orang yang ada di sana, ia merasa seolah dipaksa untuk menjadi presiden. Kenapa bisa? Apa yang terjadi? Seorang staf presiden mengeluarkan ponsel dan mulai merekamnya. Pak Han, selaku kepala Sekretariat Kepresidenan langsung menyerahkan dokumen untuk ditandatangani oleh Park Mu Jin.
*Sumber: inikpop.com
"Berdasarkan pasal 26, ayat 1, UU Tata Cara Pemerintahan, Anda dipercaya memangku segenap kekuasaan dan tanggung jawab sebagai Presiden Republik Korea. Mulai saat ini, Anda menjadi Presiden Interim. Masa jabatan Anda sudah dimulai, Presiden Park." Kaget dan bingung, kenapa harus dia?
Tanpa ada penjelasan yang detail, Mu Jin langsung dibawa masuk ke dalam ruangan yang berisi petinggi tentara, keamanan nasional, hingga para pejabat lainnya yang menangani keamanan negara. Mereka berseteru, berdebat, berteriak, membuat Mu Jin stress.
Ia sadar, ternyata hanya dia satu-satunya menteri yang tersisa dari jajaran kabinet Yang Ji Man. Mau tidak mau, suka tidak suka, dia harus menjadi Presiden pengganti sampai pemilihan ulang.
Dia dituntut sana sini untuk memberi perintah. Petinggi militer mendesak Park Mu Jin untuk segera mengeluarkan perintah serangan rudal ke Korea Utara. Staf presiden lain tidak setuju karena menurutnya ini bukan ulah Korea Utara, rudal mereka tidak menunjukkan pergerakan sama sekali.
Di waktu yang bersamaan, pihak Korut juga mengumumkan belasungkawa terhadap KorSel. Mereka menegaskan bahwa Korut tidak tahu apa-apa soal bom itu. Ini tugas pertama Park Mu Jin sebagai presiden, harus menentukan, serang atau damai?
Tugas pertama yang bikin dia diragukan sekaligus diapresiasi. Tugas pertama seorang presiden yang harus bisa mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Tugas pertama yang membuatnya stres sampai muntah. Tugas pertama yang bikin aku sadar, menjadi presiden itu tidak mudah.
Bagaimana Park Mu Jin menjalani harinya sebagai Presiden pengganti selama 60 hari sebelum pemilihan ulang dimulai? Akankah ia bisa menguak pelaku bom di gedung majelis nasional yang telah menewaskan presiden dan para jajarannya?
Menegangkan Sejak Menit Pertama
*Sumber: www.kincir.com
Pertama kali aku nonton drama ini langsung dibuat degdegan. Di awal, aku langsung terkejut dengan ledakan bom dari gedung majelis nasional. Bukan hanya sekali, ledakannya berkali-kali hingga semua gedungnya runtuh seketika. Semua orang melihatnya tentu saja terkejut, tidak percaya, apa lagi aku sebagai penonton. Di pikiranku hanya ada satu "Gila, bisa-bisanya gedung majelis nasional dibom!"
Dari adegan tersebut langsung terlintas di pikiranku tentang banyaknya isu politik, masalah politik, terutama soal siapa yang meledakan bom di gedung itu. Aku juga langsung curiga dengan KoRut, tapi setelah dipikir-pikir lagi, buat apa KoRut melakukan itu padahal dalam ceritanya KorSel dan KoRut sedang berdiskusi untuk membuat perjanjian damai.
Selain KoRut, Amerika menjadi salah satu pemeran antagonis yang paling aku curigai. Kenapa? Soalnya Amerika sangat ikut campur soal ledakan bom ini. Mereka memaksa pihak KorSel untuk mengeluarkan perintah menyerang KoRut. Beruntunglah Park Mu Jin tidak gegabah. Tapi, apakah benar Amerika adalah dalang di balik pengeboman?
Tentu saja tidak. Amerika ikut campur hanya ingin menaklukan pemerintahan KorSel saja dan itu sangat wajar menurutku, mengingat KorSel dan Amerika punya hubungan erat, baik secara ekonomi, politik, hingga kemiliteran. Bisa dibilang, hubungan KorSel dan Amerika itu seperti sahabat tapi punya perasaan love-hate.
Selain itu, adegan menegangkan ternyata berlanjut dengan berbagai macam masalah. Masalah dengan KoRut beres, eh ternyata datang lagi masalah lain dimana ada sebuah video pengakuan dari pembelot KoRut yang mengaku sebagai dalang peledakan bom. Di situ semua panik, video tidak boleh tersebar ke media. Tapi memang Park Mu Jin sedang diuji kemampuannya, jadi video itu sengaja disebar oleh lawan politiknya (partai oposisi).
*Sumber: Netflix
Sudah tamatlah Gedung biru. Mereka tidak bisa membendung isu-isu yang muncul di masyarakat. Tuntutan semakin dahsyat, Park Mu Jin dinyatakan tidak capable untuk menjadi seorang pemimpin. Kemampuannya dipertanyakan, tapi Park Mu Jin itu cerdas. Dia bisa menyelesaikan masalah dengan apik! Ketegangan yang dibuat di awal, berubah menjadi decak kagum.
Sayangnya, setelah satu ketegangan selesai maka ketegangan lainnya muncul hingga akhir episode. Aku dibawa berpikir keras, mengumpulkan semua teka-teki dari setiap adegan yang ditampilkan drama ini. Bikin pusing, tapi memuaskan. Ketegangannya sangat pas sehingga bikin aku betah untuk menontonnya sampai akhir, bahkan aku re-watch berkali-kali. Karena aku pribadi lebih suka drama Korea dengan efek tegang yang seperti ini, sensasi degdegannya lebih asyik!
Menganut Pemerintahan yang Jujur
*Sumber: kincir.com
Aku benar-benar mengangumi sosok presiden di dalam drama ini. Bahkan, aku sampai berpikir "ada gak sih presiden sebaik dan sejujur ini?" Mengingat ini berkecimpung di dunia politik, rasanya kan agak aneh kalau mengambil konsep jujur dalam dunia politik. Di drama ini menampilkan bagaimana orang di Gedung Biru yang berkhianat, belum lagi partai oposisi yang katanya "kawan" malah jadi "lawan" dengan menyebar rumor aneh.
Ya begitulah politik, saling sikut. Bukan politik saja sebenarnya, ya? Yang membuat aku amaze adalah kata-kata Park Mu Jin: "aku tetap harus jujur. Rakyat harus tahu!" Tentu saja hal itu ditentang oleh staff kepresidenan, terutama Mr. Cha, karena menurutnya kejujuran adalah kelemahan. Kejujuran justru membawa Park Mu Jin semakin terpuruk.
Ga ada yang salah dengan perkataan Pak Cha, karena terbukti saat Mu Jin "curhat" dan menunjukkan video ke partai oposisi, besoknya Mu Jin langsung dikhianati. Partai Oposisi malah menyebarkan video itu, gezzzzz nyebelin banget! Tapi ya itu ga salah juga, mengingat Mu Jin menunjukkannya ke partai oposisi yang jelas-jelas mereka ingin berkuasa di gedung biru.
Pada akhirnya, aku bisa ambil pelajaran dari sikap jujur Mu Jin ini bahwa jujur memang adalah kunci utama. That's good! Tapi, cukup katakan yang perlu diketahui orang saja, hal buruknya jangan diberitahu kecuali orang itu bertanya. Itu pilihan bijak, karena tidak perlu bohong, kan?
Semua Orang Pasti Memiliki Ambisi untuk Berkuasa
*Sumber: HanCinema.net
Awalnya aku pikir Park Mu Jin seorang yang polos tidak haus kekuasaan. Di awal-awal episode memang Mu Jin digambarkan sebagai sosok "hijau" di dunia politik. Ya wajar saja, latar belakangnya bukan politik melainkan seorang profesor di sebuah universitas. Dia memang menteri lingkungan hidup yang sangat berdedikasi, memikirkan kondisi udara yang kotor di Korea. Tapi sayangnya, apa yang dilakukan dan jabatan dia itu dianggap rendah oleh orang-orang di Gedung Biru.
Siapa yang menyangka, posisi terendah di kabinet justru membawanya menjadi Panglima Tertinggi di KorSel dalam waktu sejekap? Semua orang tentu kaget. Dia baru menapaki dunia politik. Istilahnya "anak bawang" di Gedung Biru dan berani-beraninya dia maju sebagai presiden pengganti? Bayangkan musuhnya dari berbagai sudut menyerang dia!
Awalnya Mu Jin takut dan ingin menyerah, tapi Pak Cha dan Pak Han mendorongnya untuk tetap duduk di tahta itu. Hingga Pak Han mulai lelah mendapingi Mu Jin dengan mengatakan "Park Mu Jin tidak cocok jadi presiden. Dia tidak punya ambisi untuk berkuasa".
Omongan Pak Han langsung disanggah oleh Pak Cha, "tidak, dia bukannya tidak memiliki itu, dia hanya belum diberi kesempatan untuk berkuasa." Benar saja, pertama kali dia tahu rasanya berkuasa, Park Mu Jin langsung memecat seorang jenderal tertingginya KorSel! Tidak hanya itu saja, Park Mu Jin juga sampai tega memecat Pak Han karena pendapat mereka bertentangan. See? Menurutku memang manusia memiliki sifat dasar yang ingin berkuasa, sebaik dan spolos apapun itu orangnya.
Ada Versi Amerika
*Sumber: tanmayikotamraju.wordpress.com
Saking jatuh cintanya sama drama ini, aku sempat sedikit searching mengenai drama ini. Ternyata ini bukan drama asli dari Korea melainkan adaptasi dari series Amerika. Judulnya mirip, cuma beda di "60 days" saja, yang Amerika hanya "Designated Survivor" saja. Perbedaannya sangat banyak! Ya, meskipun aku belum nonton keseluruhan versi Amerikanya, ya.
Tapi yang kelihatan jelas beda adalah konflik setiap episodenya. Versi Amerika lebih memusingkan, bikin aku sakit kepala banget karena satu episodenya ada sekitar 3 sampai 5 masalah politik sekaligus! Kalau versi Korea itu lebih ramah, karena setiap episodenya menyelesaikan satu atau dua permasalahan saja.
Konfliknya juga lebih jelimet versi Amerika. Detail politiknya lebih menegangkan dibandingkan Korea, alurnya sangat super cepat! Jadi, kalau nonton versi Amerikanya itu lebih menantang, dan kadang aku sampai harus mengulang episode yang sama demi mendapatkan detailnya.
Perbedaan lainnya adalah karakter presidennya. Park Mu Jin menurutku lebih polos, lebih greenie, sifat dan pembawaannya kalem dan lebih berhati-hati. Berbeda dengan sosok Tom Kirkman, presiden interim Amerika, yang lebih tegas dan menurutku tidak melow seperti Park Mu Jin. Bahkan, Tom Kirkman ini lebih mawas untuk langsung mengambil keputusan. Sifat santuy ala Amerikanya juga kental banget!
Selain sosok presidennya yang menurutku berbeda, karakter ibu negaranya pun jauh berbeda. Istri Tom lebih aktif dalam menangani politik suaminya, tapi tidak dengan istri Park Mu Jin. Seolah istri Park Mu Jin hanya menjadi karakter tambahan, tidak ada peran besar di dalam kehidupan politik suaminya.
Perbedaan dari kedua versi tadi sangat wajar mengingat memang budaya antara Amerika dan KorSel cukup berbeda. Jadi, gak bisa kita bilang versi Korea lebih bagus atau versi Amerika lebih bagus, kembali lagi ke selera penontonnya. Aku pribadi lebih suka nonton versi Korea kalau lagi santai. Tapi kalau aku sedang mood berpikir keras, aku bakal nonton versi Amerika.
Sekilas memang drama ini terasa berat, tapi sebenarnya ga seberat itu kok. Drakor ini masih asyik untuk ditonton di waktu senggang kalau bosan dengan genre romantis. Recommended banget pokoknya!
Drama dengan konsep politik gini jujur masih agak asing sih buatku, mungkin karna aku pecinta genre romcom kali ya. Tapi next boleh jugalah buat ditonton untuk menambah kasanah lagi dibidang perdrakoran hehehe...
ReplyDeleteKeknya kalo drama ini di adapatasi di Indonoesia bakalan seru kali ya, soalnya negara kita juga parah banget konflik internalnya didunia politik. Btw TFS
Iya, drakor kaya gini memang jarang karena di korea nya pun lebih suka romkom deh kayanya sih.
DeleteWah kalau dibuat versi Indonesia emang seru banget sih. Iya sama-sama~
Waaah suka dwngan reviewnya mba. Aku juga suka dengan drama korea yang less romantic. Yang jalan ceritanya sulit ditebak. Kalau aku dah bisa menebak jalan ceritanya biasa aku langsung cepet2in nontonnya. Dah gak asyiik lagi. Ntar aku nonton deh, makasih buat reviewnya mba
ReplyDeleteBener mba Fina, aku setipe kayanya sama mba hihihi π€
DeleteSaya juga suka drama korea, tapi genre romantis. π
ReplyDeleteWah aku malah jarang nonton drama romantis huhu
DeleteAku baca review-nya aja deg-deg-an, mbaaaakπ kebetulan aku dan suami suka drakor, langsubg deh cuuus cari drama ini. Terima kasih, Mbaaak. Ditunggu review drakor recomended selanjutnyaπ₯°π
ReplyDeleteRecommended banget ini, drakor favorit ku hihi.selamat nonton mba. Siap aku lagi mengongat-ingat drama lain hehe
Deletereviuwnya lengkap dan komplit mbak... saya yg gak suka nonton drakor jadi kepincut juga..
ReplyDeleteTerima kasih inspirasinya, kapan2 dicoba bikin reviuw film , niih..
Bikin review film seru, apalagi film yang disuka. Semangat mba~
Deleteaku biasanya klo drakor genre thriller, politik gini kadang ngga sampe selese nonton kecuali visual pemainnya bikin betah kaya Vagabond dan Flower of Evil. wkwkwkwk... btw, aku baca reviewnya udah ikutan tegang, masuk list inih
ReplyDeleteAku belum nonton vagabond atau flower of evil nih huhu, mau nonton maju mundur. Iya coba tonton mba π
DeleteSeru banget baca reviewnya Mbak Rini☺️ padahal aku belum nonton tapi sudah agak bisa membayangkan jalan ceritanya. Sejujurnya sebelumnya nggak terlalu minat nonton film genre politik, tapi kayaknya ini not bad untuk aku tonton karena ringan.
ReplyDeleteTerimakasih Mbak rekomendasinya!
Seru kok mba malah bikin penasaran terusss
DeleteUlasannya menarik, Ori. Menarik ya drama Korea yg bukan romance. Baca ini aku jadi lebih lama ingat (karakter tokoh2nya, dan juga jalan ceritanya) dibanding baca review drama romance-nya π jadi pengen nonton
ReplyDeleteIya dramanya juga menarik, mba. Ini romance-nya dikittt banget. Tonton mba, seruu
DeleteSaya enggak pernah nonton drakor...dan saya pikir drakor itu selalu ceritanya yang romantis atau komedi...kalau ada yang seperti ini berarti bagus juga..dari reviewnya ada pelajaran hidup yang bisa dipetik...jika diberikan amanah sebagai pemimpin, kejujuran adalah mutlak...berambisi boleh tetapi jangan sampai merugikan pihak lainπ
ReplyDeleteSebenernya banyak drakor yang non-romance dan tema serius gini, cuma agak underrated di Indonesia huhu. Iya betul, di sini ada banyak pelajaran bahwa jadi pemimpin itu ga gampang. Banyak tanggung jawabnya~
DeleteWah, ini genre nya lebih ke politik gitu ya mbakπ , saya jarang sih ntn yang genre ini tapi nanti boleh deh dicoba, baca sinopsisnya kayaknya asik π€
ReplyDeleteIya mba, seru ini tegang tapi pas, bikin penasaran. Ayo nonton π€
DeleteMenegangkan, euy! Tapi kereeen reviewnya, Mba ππ Jujur vi kurang suka yang bikin heart beat deg-degan macam ini, apalagi visual π tapi baca tulisan mba kayaknya asikkk. Kalau yang drakor romantis, masih hayuuk tapi jangan ada kriminalnya hihi. Kalau ada rekomen, boleh share yang romance juga ya, mbaa.. eeh π
ReplyDeleteHihi coba ditonton mba, seru kok. Cuma kalau nonton tema begini harus fokus banget. Wah aku jarang nonton bertema romance huhu
Deleteudah lama ga nonton drakor, catet nih! sukanya drakor pasti banyak nilai yg aplikable buat kehidupan kita...^^
ReplyDeleteIya ini relate banget kok ke kehidupan politik di negara asia kayanya, seru seru
Deletewaaa drakor ada juga ya genre crime, thriller nya. mgkn lain kali bs saya coba tonton aahh :D
ReplyDeleteBanyak mbaa genre yang macem gini dan seru semuuaaa. Ayo ditonton xixixi
Deletemasih maju mundur mau nonton film ini, pas banget ada reviewnya..makasih ya Mbak, nanti jadi list selanjutnya film yg akan aku tonton :)
ReplyDeleteGa akan nyesel mba nontonnya, recommended pokoknya π€π€π€
DeleteMba... referensi drakor yg kinyis-kinyis romantis dung...
ReplyDeletewah aku jarang nonton drama romantis, nanti aku tonton dulu deh ya hehe
DeleteKalau drama adaptasi kita jadi membandingkan dengan aslinya ya, tapi keren nih adaptasinya juga bagus..
ReplyDeleteIya, bagusnya disesuaikan dengan negara korsel. Soalnya kalau bandingin sama yang versi amerika agak beda jauh huhu
Deleteini salah satu 'drama mikir' yang keren banget mba, review menarik, mungkin yg tadinya nggak mau nonton dengan alesan 'berat' jadi tertarik untuk nonton yaa
ReplyDeleteIyapp, sebenernya drakor lebih seru kalau angkat isu politik atau kriminal, bagus bikin plotwist-nya
DeleteAku disini
ReplyDeletehaiii
DeleteAku disini
ReplyDeleteReview film anime donk kak hahahaha
ReplyDeletewah anime menarik nih! Okay nanti aku coba review anime favoritku yaa ^^
DeleteReview film anime donk kak hahahaha
ReplyDeleteWah ide menarik, anime apa ya kira-kira hmm π€
DeleteFilm legend wae
ReplyDeleteAku pribadi, lebih suka versi amerika. Dari kualitas kerasa banget bedanya. Krn aku awalnya nonton versi amerikanya duku, baru nemu yg korea, jdi berasa downgrade. Juga ada beberapa yang emang gak masuk akal aja di versi koreanya, misal penjagaan designated survivor-nya gk ketat, trus tim penjinak bom gak pake pakaian khusus anti bom, dll, dll. Tapi, overall, aku masih enjoy lah, krn yg bikin korsel. Yg mana, masih ada nyambung² secara kebudayaan/ kebiasaan dgn kita. Dan aku setuju, versi korea jauh lebih ringan dari versi amerika (versi ori-nya).
ReplyDeleteIya betul, aku juga nonton versi Amerika, itu lebih logis dan lebih to the point. Mungkin memang disesuaikan dengan target penonton dan budaya masing-masing kali ya. Tapi kalau yang suka tontonan politik ringan, mending versi Korea. Kalau pengen serius banget, mending versi Amerika. Soalnya, walaupun keliatan sama tapi feel-nya beda. Versi Korea lebih "drama" banget menurutku
Delete